Take a fresh look at your lifestyle.

5 Karakteristik Konsumen di Indonesia

0 1,028

imagesJakartakita.com – Seiring meningkatnya jumlah kelas menengah, tingkat pertumbuhan konsumsi domestik di Indonesia diperkirakan akan terus mengalami tren peningkatan bahkan hingga 5-10 tahun mendatang. Hal ini didorong oleh perilaku masyarakat yang konsumtif dan menyukai hal-hal baru yang tengah menjadi tren. Menyikapi kondisi tersebut, perusahaan-perusahaan FMCG diharuskan terus berinovasi dalam produk-produk mereka sehingga brand-nya mendapat perhatian dari konsumen dan konsumen memiliki intensi untuk membeli produk tersebut.

Berdasarkan kondisi diatas, lembaga Riset Kantar World Panel (KWP) mengungkapkan ada 5 karakteristik konsumen di Indonesia. Yakni, Pertama, masyarakat Indonesia menyukai hal hal yang berbau digital dan perkembangan teknologi seperti membeli produk smartphone merek terbaru atau menambah koleksi smartphone.

Kedua, masyarakat Indonesia lebih memilih kenyamanan produk. Sehingga jika sudah menyukai satu merek produk maka mereka tidak akan membeli merek lain. Ketiga, konsumen di Indonesia cenderung membeli produk yang sesuai dengan kepribadian misalnya dalam membeli pakaian atau baju disesuaikan dengan karakter masing-masing.

Related Posts
1 daripada 5,619

Keempat, konsumen di Indonesia lebih suka membeli produk kesehatan baik itu multivitamin, produk perawatan rambut dan produk perawatan kulit. Kelima, konsumen di Indonesia lebih mengutamakan value atau manfaat dari sebuah produk. Mereka tidak akan membeli produk yang tidak sesuai kebutuhan.

“Kami menyimpulkan, dalam lima tahun kedepan konsumsi masyarakat di Indonesia masih akan terus tumbuh, prospeknya sungguh luar biasa,” ujar Fabrice Carrasco, Managing Director Indonesia-Vietnam-Philippines Kantar WorldPanel (KWP), dalam keterangan persnya di Mandarin Oriental Hotel, Jakarta (5/12) lalu.

Ditambahkan, kenaikan BBM sempat merubah kebiasaan konsumen dalam membeli produk. Sebelum BBM naik, konsumen lebih cenderung membeli produk merek terkenal dengan harga mahal, namun setelah itu mereka mulai mempertimbangkannya dan menggantinya dengan produk yang jauh lebih murah. Hal ini ditopang pula dengan terkendalinya inflasi.

 

Tinggalkan komen