Take a fresh look at your lifestyle.

Pelemahan Rupiah Mengikuti Yuan Mencerminkan Anomali Pasar Keuangan

0 1,017
ilustrasi-rupiah-terhadap-dollar-amerika
foto : istimewa

Pelemahan Rupiah terhadap US Dollar sebagai respons terhadap devaluasi mata uang China, Yuan, merupakan cerminan anomali pasar keuangan.

Kondisi anomali terjadi jika berita baik direspons negatif, sebaliknya berita buruk direspons positif.

Devaluasi atau lebih tepat depresiasi yang dipaksakan atas Yuan sesungguhnya berita baik bagi ekonomi Indonesia yang dapat mendorong penguatan Rupiah dan peningkatan kinerja pasar modal, bukan sebaliknya. Devaluasi Yuan dapat meningkatkan ekspor China yang merupakan negara tujuan ekspor terbesar kedua Indonesia. Mengingat ekspor Indonesia ke China kebanyakan berupa bahan baku bagi industri di China, maka kondisi tersebut membuka peluang meningkatkan ekspor Indonesia ke China.

Potensi peningkatan ekspor tersebut akan meningkatkan aliran masuk devisa ke Indonesia. Lewat mekanisme seperti ini, Rupiah akan berpotensi menguat, demikian juga dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di pasar modal.

Namun kondisi sebaliknya yang terjadi dimana pada Rabu, 12 Agustus 2015, Rupiah terpuruk ke posisi Rp 13.795/USD turun dari harga penutupan sebelumnya yaitu Rp 13.610/USD. Demikian juga IHSG ditutup turun 3,10 persen  menjadi  4.479,49.

Related Posts
1 daripada 6,414

Anomali ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Dua diantaranya adalah sentimen negatif berlebihan terhadap Rupiah dan IHSG serta adanya skenario mengguncang ekonomi Indonesia lewat pasar keuangan. Aksi yang dilakukan  dengan mengeksploitasi isu yang dampaknya terhadap perekonomian Indonesia  dianggap ambigu.  Di sini psikologis pelaku pasar keuangan yang dimainkan untuk untuk mencapai tujuan pihak-pihak tertentu dengan mengaburkan kondisi fundamental.

Walaupun Indonesia sedang mengalami resesi ringan, namun pertumbuhan ekonomi masih tertinggi ke-5 di dunia. Oleh sebab itu, para pelaku pasar keuangan domestik tidak perlu latah mengikuti permainan pihak-pihak tertentu yang dapat menghancurkan ekonomi bangsa yang membuat banyak anak bangsa menderita. Pada bulan kemerdekaan ini, nasionalisme rakyat Indonesia diuji dimana menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan kelompok.

Rencana Menteri Koordinator Perekonomian yang baru untuk melakukan koordinasi dengan Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan merupakan rencana yang patut didukung. Namun yang paling penting adalah koordinasi tersebut harus menghasilkan kebijakan-kebijakan yang bersinergi, bukan lagi mengedepankan ego sektoral.

Partisipan dalam koordinasi tersebut sebaiknya diperluas dengan melibatkan kementerian teknis. Kinerja dan kebijakan yang baik pada kementerian-kementerian teknis tertentu dapat diformulasikan menjadi informasi pembentuk opini tandingan terhadap opini yang selama ini menimbulkan sentimen negatif terhadap Indonesia.

Terkait dengan kestabilan nilai tukar Rupiah, ke depan perlu dipikirkan untuk mengoreksi kebijakan devisa bebas Indonesia yang dianggap terlalu bebas. Ketakutan untuk memperketat transaksi devisa membuat Rupiah selalu rentan terhadap kondisi ekternal maupun permainan pelaku pasar yang rakus. Ini menimbulkan pengorbanan-pengorbanan ekonomi yang seharusnya tidak terjadi***

Penulis  : Agus Tony Poputra, Ekonom FEB Universitas Sam Ratulangi Manado

Tinggalkan komen