Take a fresh look at your lifestyle.

Kisah Berdarah di Balik Asal-Usul Bidaracina

0 2,897
foto: istimewa
foto: istimewa

Jakartakita.com – Siapa yang kenal dengan wilayah Bidaracina di Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur yang jadi langganan banjir setiap musim penghujan tiba. Rencananya bulan depan, wilayah yang berada di pesisir Kali Ciliwung ini juga akan diratakan oleh Pemprov DKI untuk pembangungan Sudetan Kali Ciliwung.

Tahukah Anda kalau Kampung Bidaracina memiliki sejarah panjang. Salah satu legenda yang mewarnai asal-usul Bidaracina adalah tentang kisah pembantaian orang-orang Cina pada zaman penjajahan Belanda. Namun benarkah kisahnya demikian? Berikut jakartakita.com, rangkumkan untuk pembaca setia jakartakita.com.

Alkisah  beberapa abad silam kampung ini merupakan daerah resapan air. Bidaracina adalah hutan belantara di luar benteng Batavia. Di kawasan ini, dahulu aneka pepohonan membentang membentengi pinggiran kali Ciliwung yang saat itu airnya masih sangat jernih.

Kali Ciliwung yang arusnya masih deras dan masih luas itu dahulu menjadi tempat hilir mudik perahu-perahu saudagar Cina dari Depok maupun Bogor. Mereka biasa menambatkan perahu-perahunya di daerah ini untuk melanjutkan berjalan kaki ke kawasan Meester Cornelis, kini Jatinegara.

Sayangnya, keramaian di bantaran kali Ciliwung ini tidak berimbas pada perbaikan kehidupan warga setempat. Akibatnya, angka kriminalitas pun mulai mengalami peningkatan. Perampokan dan pembunuhan terhadap pedagang Cina nyaris terjadi setiap hari.

Puncaknya pada tahun 1740, terjadi pemberontakan besar-besaran dari orang-orang cina kepada penguasa Belanda. Ribuan orang cina tewas, dan jenazah mereka dihanyutkan di kali Ciliwung melintasi kampung Bidaracina hingga air Kali Ciliwung yang jernih berubah menjadi merah darah. Itulah sebabnya kampung tersebut dinamakan Bidaracina, diambil dari kata tragedi Cina berdaran (bidara).

Related Posts
1 daripada 41
foto: istimewa

Namun, belakangan sejarah tersebut dianggap palsu. Seorang peneliti sejarah asal Jerman Adolf Heuken tidak sependapat dengan kisah pembantaian orang-orang Cina sebagai cikal bakal kampung Bidaracina. Menurut Heuken, kisah itu hanya dongeng belaka, kisah jenazah orang-orang Cina yang dihanyutkan oleh Belanda di Kali itu terjadi di Kali Angke Jakarta Utara bukan di Bidara Cina.

Asal-usul Bidaracina justru erat kaitannya dengan keberadaan pohon bidara yang banyak terdapat di kampung ini. Konon, dahulu pada masa kolonial Belanda orang-orang Cina yang mendiami kampung tersebut banyak menanam pohon Bidara (zyzyphus jujubelam).

Pemerintah Hindia Belanda di Batavia memang memerintahkan orang-orang Cina untuk menanam pohon Bidara sebagai serapan air di bantaran Kali Ciliwung agar   kawasan benteng Noordwijk (Pasar Baru) tidak kebanjiran saat musim penghujan.

Ciri pohon bidara adalah akar dan kulit kayunya terasa pahit, namun bisa dijadikan obat untuk beberapa jenis penyakit, salah satunya penyakit asma. Di ketiak buahnya biasanya timbul gumpalan getah. Buah bidara juga bisa dimakan.

Asal-usul Bidaracina itu dijelaskan oleh Zaenuddin HM dalam buku karyanya “212 Asal Usul Djakarta Tempo Doeloe,” setebal 377 halaman yang diterbitkan Ufuk Press pada 2012.

Saking banyaknya orang Cina yang menanam pohon bidara di selatan Mester, disebutlah kawasan itu sebagai Bidaracina.

Tinggalkan komen