Take a fresh look at your lifestyle.

Ada Curahan Hati Kerensa dalam “Menjahit Marat Sade”

1 1,976
foto: Jakartakita.com/Indah Purwati
foto: Jakartakita.com/Indah Purwati

Jakartakita.com – Kelompok teater “Darah Rouge” yang berbasis di Kota Kembang, Bandung, pada Selasa (23/2/2016) malam menggelar pementasan lakon “Menjahit Marat Sade” di Bentara Budaya Jakarta. Lakon ini merupakan adaptasi lakon klasik, yang dibuat berdasarkan peristiwa bersejarah di jaman revolusi Perancis.

Berceritakan tentang saat dipenjaranya Marquis de Sade di rumah sakit jiwa Charenton. Di tempat tersebut de Sade membuat drama teatrikal tentang pembunuhan Jean-Paul Marat oleh Charlotte Corday, diperankan oleh para pasien rumah sakit jiwa.

foto: Jakartakita.com/Indah Purwati
foto: Jakartakita.com/Indah Purwati

Dalam interpretasinya, Kerensa Johnston Dewantoro selaku direktur “Darah Rouge” mengemas alur cerita dengan mempertahankan esensi cerita seperti aslinya. Namun berbeda dengan tahun sebelumnya, cerita yang dipentaskan tadi malam hampir setengah isi ceritanya berbeda dengan penambahan pemahaman baru.

Related Posts
1 daripada 5,878
foto: Jakartakita.com/Indah Purwati
foto: Jakartakita.com/Indah Purwati

Perbedaan dengan tahun kemarin dalam pementasan di London School Public Relations (LSPR), Jakarta, yaitu pada pengertian dan pemahaman baru para pemain dalam mementaskan lakon ketika berdialog pada bagian terakhir.

Dalam pementasan tersebut, Kerensa yang sehari-hari mengajar di Sekolah Cita Buana Jakarta menawarkan teatrikal dengan pertunjukkan postmodern tentang ide-ide revolusi, baik dalam segi kehidupan, teater, maupun diri seorang yang berhubungan dengan kenangan. Kerensa bak menuangkan kegelisahan dirinya dalam menghadapi perbedaan budaya di Indonesia.

foto: Jakartakita.com/Indah Purwati
foto: Jakartakita.com/Indah Purwati

Tentu kenyataan tersebut tak mengherankan, karena plot yang dikembangkan dalam lakon yang dipentaskan berasal dari curahan hati Kerensa, yang lahir di Australia, yang kemudian dituangkannya dalam sebuah naskah pada 2005 lalu. Naskah yang ditulisnya sendiri tersebut dipentaskan pertama kali di Institut Francis Indonesia. (Indah Purwati)

foto: Jakartakita.com/Indah Purwati
foto: Jakartakita.com/Indah Purwati
Tunjukkan Komen (1)