Take a fresh look at your lifestyle.

Tiga Hal Penghambat Milenial Punya Rumah Sendiri

1 1,540
foto : istimewa
foto : istimewa

Masih ingat hasil survei bahwa milenial akan makin sulit punya hunian sendiri dalam kurun waktu lima tahun ke depan?

Supaya bisa segera mewujudkan impian terkait hunian sendiri, yuk hindari tiga hal yang membuat milenial sulit punya rumah.

Traveling, Ayo! Punya Rumah, Bisa!

Pepatah mengatakan, traveling mampu memberi pengalaman berarti dalam kehidupan nyata. Jauh lebih berharga daripada barang-barang yang bisa lekang dimakan zaman. Itulah prinsip yang diamini kebanyakan generasi milenial.

Airbnb pun membuktikan kondisi tersebut lewat sebuah survei jelang akhir 2016. Generasi milenial lebih memilih traveling ketimbang aset properti.

Pertanyaannya, kenapa harus memilih jika bisa dapat keduanya?

Traveling bisa terus dilakukan, kamu juga bisa tidur nyenyak di rumahmu sendiri. Ga percaya? Bisa kok! Caranya, susun prioritasmu.

Teknik sederhananya, menempatkan hal-hal yang ketika ditunda menjadi kian tak mampu kita miliki di posisi teratas.

Dalam hal ini, properti tentunya akan jadi hal utama karena makin ditunda, kita akan kian tidak mampu membelinya. Pasalnya, kenaikan penghasilan sebagian besar orang tidak pernah melebihi peningkatan harga properti. Artinya, jika kamu tunda, dipastikan kamu tidak bisa membeli.

Sebaliknya, pengeluaran lain yang bisa ditunda dan akan tetap terjangkau di kemudian hari, harus ditempatkan pada prioritas lebih rendah. Bahkan mungkin tidak usah menunda, hanya perlu menurunkan intensitasnya. Sebut saja traveling yang tidak harus mahal dan lama kan?

Banyak destinasi yang bisa dikunjungi dengan budget minim dalam waktu singkat. Nah, besar kecilnya biaya, sebaiknya disesuaikan dengan sisa penghasilan bulanan setelah dikurangi tabungan prioritas pertama tadi.

Related Posts
1 daripada 6,253

Belum Cukup atau Ga Akan Pernah Cukup

Nah, yang satu ini seringkali menjebak para milenial. Ketika sudah berpikir membeli hunian, mereka menyadari harus menabung beberapa waktu lagi lantaran uangnya masih kurang.

Sayangnya, ketimbang fokus menabung lebih keras lagi untuk membeli hunian, mereka malah menggunakan uang yang ada. Bukan untuk keperluan mendesak, tapi membeli apapun yang mereka bisa beli saat itu. Sebut saja gadget, traveling, mobil, dan lain sebagainya.

Kalau tabungan yang katanya masih sebenarnya belum cukup untuk membeli hunian itu dipakai belanja hal lain, kapan bisa cukupnya uang kamu untuk beli “istana” sendiri?

Masih Pilih Terus Bermimpi?

Sebagian milenial, sebenarnya, sudah berpikir membeli hunian. Mereka bahkan sudah berkeliling beberapa proyek perumahan. Sebut saja kawasan Serpong dan Bintaro. Angan rumah idaman pun terbentuk dari sana. Hijau, teduh, dan nyaman karena lingkungan sudah “hidup”, dan penuh fasilitas.

Apa mau dikata, penghasilan mereka ternyata tak sepadan dengan harga perumahan di kawasan tersebut. Mereka pun mulai mencari alternatif. Ada kok yang terjangkau dengan penghasilannya, tapiiiiii..

Kok gersang ya? Sepanjang mata memandang, kok banyak tanah merah ya? Padahal, semua perumahan hijau, teduh, dan nyaman seperti disebut di atas tadi, dulunya juga berpenampilan seperti itu ketika masih dibangun dan belum ditempati.

Permasalahannya, jika menunda lagi, rumah “gersang” itu, dalam beberapa tahun saja akan jadi hijau, teduh, penuh fasilitas, dan nyaman, persis seperti rumah impian mu sebelumnya. Sayangnya, harganya jadi tak terjangkau lagi oleh kantongmu.

Ibarat donat dengan tampilan menarik dan rasa manis, ini masih dalam proses membuat adonannya. Saat itulah rumah dijual dengan lebih terjangkau. Kalau sudah jadi? Harganya bisa saja sama dengan properti idamanmu sebelumnya.

Lalu, mau terus terjebak pada hal-hal seperti ini?

Penulis : Ignatius Untung, Country General Manager Rumah123

 

Tunjukkan Komen (1)