Take a fresh look at your lifestyle.

Siklus Pasar Properti Tertahan Tahun Politik ?

0 1,708
foto : istimewa

Jakartakita.com – Kondisi pasar properti nasional pada tahun 2018 diprediksi cerah dan prospektif, dengan tren pertumbuhan pasar properti yang diperkirakan berlanjut hingga 2019, kendati pada semester II/2018 akan melandai terkait spekulasi terhadap kondisi politik di Indonesia menjelang pemilihan umum (Pemilu).

Kondisi tersebut memiliki arti, pasar properti nasional akan terus mengalami kenaikan dalam kurun waktu satu tahun ke depan, sambil menunggu perkembangan situasi dan stabilitas politik di Tanah Air.

“Kami menilai, dampak tahun politik hanya sebagai faktor sementara yang akan memengaruhi siklus besar pasar property,” jelas Executive Director Indonesia Property Watch (IPW), Ali Tranghanda dalam acara gathering bertema ‘Ready to Take Off’ di Synthesis Square, Jakarta, Kamis (25/1/2018).

Menurut Ali, secara tren keseluruhan, hal tersebut tidak dapat disimpulkan bahwa siklus properti mengalami penurunan. Dengan asumsi, tahun politik dan pemilu relatif berjalan lancar, maka iklim investasi properti akan semakin prospektif di sepanjang semester II-2019.

“Properti masih tertahan faktor di luar siklus. Padahal, siklus besar properti sudah memperlihatkan tren positif, sedikit terganggu fluktuasi siklus kecil di akhir dan awal tahun depan. Namun, dalam jangka panjang tren properti dipastikan sangat potensial,” terang Ali.

Related Posts
1 daripada 6,810

Ditambahkan, siklus pasar properti akan mencapai titik tertinggi di tahun 2019. “Namun, ajang Pemilu tahun 2019 akan menjadi sebuah pertaruhan besar karena berpengaruh psikologis terhadap iklim investasi properti, khususnya di segmen atas,” ujarnya.

foto : jakartakita.com/edi triyono

Untuk kondisi pasar properti tahun 2018, Ali menyatakan, pergerakan pasar sepertinya akan sedikit dipengaruhi oleh sentimen tahun politik, yang berdampak psikologis di semester II-2018.

“Daya beli pasar relatif tumbuh tetapi berada dalam posisi wait and see yang lebih lama dan selektif dalam memilih investasi,” jelasnya.

Secara keseluruhan, di tahun 2018 kondisi hunian menengah bawah rentan terhadap kebijakan diperkirakan menurun. Sementara, hunian menengah hingga atas masih menjadi primadona di kisaran Rp 500 jutaan sampai Rp 1 – 2 miliaran.

“Selain itu, apartemen menengah berbasis Transit Oriented Development (TOD) dan berada di pusat kota Jakarta diperkirakan akan marak di 2018,” tandasnya.  (Edi Triyono)

 

Tinggalkan komen