Take a fresh look at your lifestyle.

Pasar Kue Subuh Senen Jadi Destinasi Wisata yang Anti Mainstream di Ibu Kota Jakarta

0 5,047
foto : istimewa

Sedikitnya ada 500-700 pengunjung yang datang ke pelopor sentra kue subuh di Jakarta ini. Nilai transaksinya mencapai Rp600 – 800 jutaan per malam.

Jakartakita.com – Selain destinasi wisata mainstream seperti Monumen Nasional (Monas) dan Ancol, Jakarta juga memiliki destinasi yang anti mainstream.

Salah satunya adalah Pasar Kue Subuh Senen yang berlokasi di kawasan Senen, Jakarta Pusat.

Di pasar ini, sangat mudah ditemukan segala jenis kue, mulai dari bentuk, rasa hingga harga.

Ratusan jenis kue pasar dijajakan dengan cita rasa berlimpah, ada gurih, manis, asin, asam seharga mulai Rp 500 hingga 4.000 per biji.

Kue untuk hantaran atau acara resmi juga ada. Sebut saja, tart, lapis legit, bolu marmer hingga roti buaya. Harganya bervariasi, tergantung ukuran kuenya.

Sejarah pasar kue subuh bermula dari Elkana Tju dan empat rekannya yang mengagas lapak kue di area pinggiran Pasar Senen, sekitar tahun 1988.

Waktu itu tidak seramai sekarang, hanya lima meja lapak berjejer sejak pukul 2 hingga 8 pagi.

“Jadi, waktu itu mereka berlima dagang hanya untuk memenuhi kebutuhan kue bagi warga Senen dan sekitarnya. Semakin lama makin banyak yang ikutan dagang, sekitar 50 meja. Sampai pada tahun 1991, Elkana mengajukan ijin ke pengelola Pasar Senen Blok 4 untuk menggunakan area parkir sebagai area dagang kue subuh,” terang Shindu Hariyadi Wibisono selaku Property Management Coordinator for Trade Centre PT Jaya Real Property, Tbk. Pengelola Pusat Perdagangan dan Grosir Senen Jaya, dalam siaran pers, Kamis (13/12/2018).

Lebih lanjut diungkapkan, setelah secara resmi menempati area tersebut, perkembangan Pasar Kue Subuh Senen semakin luar biasa selama tujuh tahun berturut-turut hingga 1998.

Pelanggan Pasar Kue Subuh Senen yang datang bukan hanya warga Jakarta saja, melainkan juga dari beberapa kawasan penyangga Ibu Kota, seperti Bekasi, Depok, Bogor (Jawa Barat), Tangerang hingga Cilegon (Banten).

Sebagian besar dari mereka adalah reseller (menjual kembali), selain penikmat langsung (end user).

Related Posts
1 daripada 6,738

Hengky Djauhari, salah satu Pengurus Pasar Kue Subuh Senen,  yang merupakan generasi kedua dari Elkana Tju, mengaku dirinya beberapa kali menerima pesanan kue dari perusahaan BUMN, beberapa departemen pemerintah, Maskapai Garuda Indonesia dan Merpati, hingga Istana Presiden.

Semalam Raup Rp 800 Jutaan

Kendati populer dengan nama Pasar Kue Subuh, namun sejak tahun 1995 para pedagang sepakat merubah jam operasionalnya. Kini, tidak perlu harus subuh-subuh untuk bisa menikmati jajanan favorit Anda, karena pasar mulai buka sejak pukul 7 malam hingga 6 pagi.

“Sesi pertama, jam 7 malam sampai 2 pagi biasanya yang beli sebagian besar adalah grosir atau reseller dari area Jabodetabek. Mereka membeli dengan jumlah partai besar dengan menggunakan mobil box ukuran Colt L300, bahkan ukuran engkel. Sementara jam 2 pagi sampai 6 pagi melayani pembeli menengah dan kecil seperti pengusaha catering dan ibu-ibu rumah tangga yang sedang menggelar hajatan di rumah atau kantor,” papar Shindu.

Setiap malam, ada puluhan truk yang mensuplai kue ke pasar seluas 1.769 m2 berkapasitas 700 meja lapak ini. Sedikitnya 500 – 700 pengunjung datang dengan nilai transaksi mencapai Rp. 600 – 800 jutaan per malam.

“Sebelum kebakaran, pengunjungnya bisa 1.000 orang semalam, transaksi hampir Rp1 miliar,” ujarnya.

foto : istimewa

Meski mencatat sejarah cukup panjang, perjalanan Pasar Kue Subuh Senen tak selalu senikmat rasa kuenya.

Artinya, para pedagang juga mengalami pasang surut. Penyebabnya rupa-rupa, mulai dari kebakaran hingga kian ramai sentra kue subuh baru di beberapa kawasan di Jakarta.

Salah satunya, bencana kebakaran tahun 2017 lalu di Pasar Senen Blok 1 dan 2, yang mengharuskan mereka pindah ke Blok 4 dan 5.

Area parkir yang kurang mencukupi hingga pungutan liar terkadang juga menjadi tantangan pengelola pasar.

Ke depan, para pedagang berharap ada pembenahan dari pengelola terkait area parkir, keamanan dan media promosi yang baik dan massif, agar menarik minat pengunjung.

“Bagaimana pun juga, Pasar Kue Subuh Senen adalah salah satu ikon Kota Jakarta yang tak kalah menarik dan instragramable selain Kota Tua dan Museum Fatahillah,” tandas Shindu.  (Edi Triyono)

Tinggalkan komen