Take a fresh look at your lifestyle.

Hadapi Era Industri 4.0, Kemenristekdikti Perkuat Inovasi

0 3,560
foto : jakartakita.com/edi triyono

Jakartakita.com – Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti, Jumain Appe menilai, sumber daya lokal perlu diberikan sentuhan inovasi untuk mendukung pembangunan berbasis inovasi untuk menghadapi era industri 4.0, yang saat ini menjadi trend dalam dunia industri secara global.

“Daerah-daerah di Indonesia memiliki potensi untuk mengemban produk-produk lokal dengan adanya kolaborasi antara pemerintah daerah dan perguruan tinggi,” kata Jumain Appe dalam workshop ‘Tindak Lanjut Hasil Rakernas Kemenristekdikti 2019 Bidang Penguatan Inovasi’ di Jakarta, Selasa (29/1/2019).

Menurutnya, manajemen inovasi tersebut sebagai lembaga untuk mempercepat komunikasi dan transfer teknologi dari industri ke perguruan tinggi.

“Di beberapa kampus, juga sudah ada yang namanya inkubasi bisnis. Itu akan disatukan menjadi satu kelembagaan yang kuat untuk bisa kerja sama dengan seluruh stakeholder. Kekuatan ekonomi untuk bersaing hingga mancanegara terletak di sumber daya yang diberi sentuhan inovasi,” jelasnya.

Related Posts
1 daripada 5,043

Lebih lanjut, Jumain Appe menargetkan, setidaknya setiap perguruan tinggi mendapatkan suntikan dana masing-masing sebesar Rp 5 miliar. Kendati demikian, hingga kini Kemenristekdikti masih menyeleksi perguruan tinggi mana saja yang layak diberikan suntikan dana tersebut.

“Ya, kita lihat dulu yang sekarang ini kalau yang perguruan tinggi universitas ada 80-an. Kita harapkan bisa mengisi sebagian besar. Tapi kita masih rumuskan pada hari ini dan itu harus dikembangkan secara terus menerus,” ujarnya.

Asal tahu saja, untuk menghadapi era industri 4.0, Pemerintah mendorong agar perguruan tinggi untuk terus proaktif menghasilkan inovasi. Khususnya, inovasi yang bisa mengangkat keunggulan daerah masing-masing.

Ia menilai, banyak keunggulan daerah yang bisa dijadikan inovasi. Contohnya, di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), kampus dan masyarakat lokal bekerja sama untuk membudidayakan nilam untuk produksi minyak atsiri.

“Aroma nilam Aceh yang tahan lama, membuat parfum tersebut diincar oleh pasar internasional,” tandasnya. (Edi Triyono)

Tinggalkan komen