Take a fresh look at your lifestyle.

Teknologi 3D Printing Jadi Solusi Atasi Kelangkaan Swab Stick

0 7,234
foto : istimewa

Jakartakita.com – Salah satu perhatian pemerintah ditengah wabah Covid-19 ini adalah langkanya Alat Pelindung Diri (APD), seperti; masker, penutup muka, splitter untuk ventilator, bahkan ventilator sendiri, swab stick dan masih banyak lagi.

Di sisi lain, teknologi 3D printing banyak membantu untuk membuat swab stick.

Seperti yang dilakukan perusahaan lokal di Singapura – United Additive Manufacturing/UAM (sebelumnya UCT), yang juga salah satu perusahaan jasa cetak 3D industri tertua di Singapura.

Menurut Sugianto Kolim, salah satu founder yang memiliki kewarganegaraan Indonesia, saat ini swab stick yang diproduksi dengan 3D printer industrial sedang diuji oleh badan pemerintah terkait di Singapura.

“Produksi swab stick dengan 3D printer industrial sangat efektif dan flexible, berhubung bentuk dapat diubah langsung tanpa membuat molding terlebih dahulu seperti teknologi injeksi. Kecepatan produksi pun cepat, kurang lebih 2000 stick per hari per printer,” ungkap Sugianto di Jakarta, baru-baru ini.

Lebih lanjut, pendiri Klix 3D – perusahaan 3D printing di Indonesia ini juga berujar, saat ini pemerintah Indonesia juga mendukung alat test covid termasuk swab stick untuk diproduksi lokal.

Related Posts
1 daripada 3,492

Menyambut anjuran pemerintah tersebut, pihak UAM, menurut Sugianto sedang menjajaki mitra di Indonesia untuk menduplikat fasilitas mereka yang ada di Singapura ke Indonesia.

Saat ini, jelas dia, fasilitas cetak 3D UAM di Singapura mampu mencetak berbagai materi, seperti plastik untuk swab stick dan kebutuhan industri lainnya termasuk cetak 3D metal.

Dijelaskan, 3D printer tidak seperti printer pada umumnya, karena masyarakat biasanya hanya mengenal printer untuk mencetak hasil yang berbentuk dua dimensi, misalnya gambar dan tulisan (2D). Pada 3D printer, objek yang dicetak merupakan sesuatu yang akan berbentuk tiga dimensi (3D).

Sedangkan model 3D yang sedang dicetak tersebut akan melalui proses pencetakan layer per layer. Seluruh proses tersebut sering dikenal dengan istilah prototyping atau 3D Printing.

Adapun materi yang bisa digunakan seperti Aluminum, Stainless steel, Nikel Alloy, Cobalt Chrome dan Titanium.

“Cetak 3D metal sudah digunakan untuk berbagai aplikasi dari industri kesehatan, seperti implan Titanium sampai dengan mesin roket yang lebih efisien dan kompak,” ungkap Sugianto.

“Saat ini 3D printer lebih banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang membutuhkan konsep mengenai bisnisnya, karena untuk membuat konsep tersebut, perusahaan memerlukan proses yang cepat. Pada kasus tersebut, 3D printer selalu menjadi jawaban untuk memenuhi kepentingan para pengusaha tersebut. Perlu diketahui, bahwa 3D Creation (3D Design, 3D Printing, and 3D Printer) merupakan teknologi yang kedepannya akan banyak digunakan oleh semua orang. Dengan melihat perkembangan saat ini, 3D printing tidak hanya digunakan oleh perusahaan bisnis berskala besar semata, perusahaan UMKM bahkan pribadi pun bisa memanfaatkan teknologi ini,” pungkas Sugianto. (Edi Triyono)

Tinggalkan komen