Take a fresh look at your lifestyle.

Buruknya Drainase Biang Kerok Banjir Kali Ini

0 1,322
B9eYhHgCAAAg-08
foto : twitter

Jakartakita.com – Menteri Pekerjaan Umum, Basuki Hadimuldjono mengatakan bahwa banjir yang melanda beberapa wilayah di Ibu Kota Jakarta pada Senin (9/2), lantaran buruknya drainase. Menurut Basuki, drainase yang buruk membuat volume daya tampung air melemah dan meluap sehingga terjadi banjir. “Intinya bukan banjir karena luapan sungai,” kata Basuki, di Jakarta, Selasa (10/2).

Dijelaskan, minimnya daya tampung drainase bertambah buruk karena tingginya curah hujan di Jakarta pada Senin (9/2). Terlebih lagi rusaknya sejumlah pompa yang mengakibatkan pembuangan air menjadi lambat sehingga genangan dan banjir bertahan lebih lama.

Sebagai solusinya, lanjut Basuki, proyek sodetan dari Kali Ciliwung ke Kanal Banjir Timur (KBT) terus dikebut penyelesaiannya. Ia berharap proyek sodetan selesai sebelum tahun 2016. “Kalau sodetan kita sudah mulai, inline dari KBT, dari Cipinang sudah gerak ke Otista,” ujarnya.

Related Posts
1 daripada 5,263

Ditempat terpisah, Kepala Dinas PU bidang Tata Air, Agus Priyono mengungkapkan, infrastruktur pengendali genangan untuk menghindari banjir di Jakarta yang ada saat ini membutuhkan perombakan besar. “Jika melihat banjir di Ibu kota kemarin, setelah dievaluasi, itu akibat curah hujan mengguyur Jakarta sejak minggu malam yang tidak dapat tertampung lagi oleh infrastruktur kita,” Agus.

Dijelaskan, daya tampung infrastruktur pengendali genangan seperti saluran air atau drainase, waduk dan sistem pompa yang tidak mencukupi untuk menghadapi curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang terus-menerus seperti hari Senin (9/2).

“Daya tampung infrastruktur di Jakarta saat ini hanya untuk tangkapan hujan dengan intensitas 50 hingga 60 milimeter (mm), jika lebih dari itu tidak akan tertampung. Dengan kondisi aliran yang tidak terserap itu menyebabkan over capacity,” katanya.

Lebih lanjut, Agus mengatakan jika curah hujan dengan intensitas seperti yang terjadi kemarin atau lebih, maka harus segera dilakukan evaluasi seberapa sering terjadinya hal tersebut. “Jika sering terjadinya, maka harus merombak besar-besaran mulai dari disain dan membangun infrastruktur baru yang lebih mampu menampung air dalam jumlah besar,” tandasnya.

 

Tinggalkan komen