Take a fresh look at your lifestyle.

Google Doodle Hari Ini Peringati Hari Kartini

0 1,037
foto: istimewa
foto: istimewa

Jakartakita.com – Ada yang istimewa dengan laman raksasa pencarian di internet, Google Indonesia, hari ini, Kamis (21/4/2016). Jika Anda membuka laman tersebut, maka gambar Raden Adjeng (RA) Kartini terpajang persis di atas kolom pencarian.

Sosok Kartini terbingkai sebagai huruf “O” kedua pada deretan huruf G, O, O, G, L, E. Sosok pahlawan itu terlihat sedang menenteng buku dengan tangan kirinya dengan pandangan lurus ke depan.

Penempatan gambar Kartini dalam laman Google bukannya tanpa alasan. Pasalnya tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini. Hari ini merupakan hari ulang tahun Kartini ke-137.

Raden Ajeng Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di kota Jepara. Lahir sebagai perempuan dari kalangan ningrat yang merupakan keturunan dari Hamengkubuwono VI, ternyata tidak membuat Kartini mudah mengenyam pendidikan tinggi.

Sampai usia 12 tahun, Kartini memang diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Tetapi setelah usia 12 tahun, sama seperti kebanyakan perempuan Jawa saat itu. Kartini harus dipingit hingga datang seorang pria yang kelak bakal memperistrinya.

Sebagai perempuan cerdas yang sempat mengenyam bangku sekolah. Jiwanya pun berontak. Kartini merasa bahwa adat telah membuatnya terpasung. Padahal apa salahnya jika perempuan memiliki pendidikan tinggi?

Related Posts
1 daripada 5,067

Hidup dalam pingitan tidak membuat semangat Kartini untuk maju menjadi melempem. Kartini yang haus akan pengetahuan pun mengisi hari-harinya yang sepi dengan banyak membaca buku, surat kabar, dan majalah berbahasa Belanda. Kartini juga sering berkorespondensi dengan sahabat-sahabatnya yang tinggal di negeri Belanda, Stella Zeehandelaar, Nyonya Abendanon, dan Ny. Van Kool. Semakin bertambah pengetahuannya, timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.

Pada pertengahan tahun 1903 saat berusia sekitar 24 tahun, niat untuk melanjutkan studi menjadi guru di Betawi pun pupus. Karena Kartini dipaksa orang tuanya menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah memiliki tiga istri. Kartini akhirnya menikah pada tanggal 12 November 1903. Untung saja suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.

Namun sayang usia Kartini tidaklah panjang. Kartini akhirnya menutup mata pada tanggal 17 September 1904 pada usia 25 tahun, 4 hari setelah dirinya melahirkan anak pertama sekaligus anak terakhirnya R.M. Soesalit. Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

Buku Kartini

Setelah Kartini wafat, Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada para teman-temannya di Eropa. Abendanon saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang artinya Habis Gelap Terbitlah Terang. Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini. Dalam bahasa Inggris, surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan oleh Agnes L. Symmers.

Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912 dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan beberapa daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah ‘Sekolah Kartini’. Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh politik etis di zaman Belanda.

Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.

Tinggalkan komen