Take a fresh look at your lifestyle.

Politisi Dheyna Hasiholan Ingin Membuat Kantong-Kantong Budaya di Daerah

0 3,122
foto : jakartakita.com/edi triyono

Jakartakita.com – Politisi Dheyna Hasiholan atau yang akrab disapa Dylan, berkeinginan membuat kantong-kantong budaya di daerah.

Menurutnya, kantong-kantong budaya tersebut bisa menjadi wadah tempat berkumpulnya para pegiat seni di daerah.

Saat ini, Dylan berencana membuat Kedai Kopi sebagai sarana berkumpulnya para pegiat seni di daerah sekitar Purbalingga, Kebumen dan Banjarnegara. Di tempat ini, diharapkan bisa terjalin tali silaturahim sesama pegiat seni dan bisa melahirkan kegiatan-kegiatan berkesenian supaya ada rutinitas, minimal Kedai Kopi ini bisa menjadi media apresiasi bagi pegiat seni di daerah tersebut.

“#TemanDylan adalah suatu tawaran solusi sebagai wujud dari memulai mewadahi gerak kreasi dan kreativitas pemuda (kelompok milenial) dalam berbagai bidang seperti seni-budaya. #TemanDylan bukan sekadar ikon kedekatan hubungan personal orang per orang semata, tetapi ini juga adalah kolabarasi ide kreasi & kreativitas lintas latar belakang untuk mengakselarasi pemberdayaan potensi masyarakat dari berbagai komunitas, seperti komunitas seni budaya,” ujar Dylan di Ground 57, Hang Likeu, Kebayoran Baru, Jumat (26/10).

Related Posts
1 daripada 2,487

Lebih lanjut, Dylan mengakui bahwa dirinya juga aktif di dunia teater sejak masih kuliah di Universitas Indonesia. Ia banyak menghabiskan waktu di tempat-tempat berkumpulnya para pegiat seni. Di sana dia berdiskusi dan bertumbuh, baik secara intelektual maupun secara jaringan.

Asal tahu aja, di masa tahun 1990-an, Dylan pernah membuat sebuah warnet dengan harga sewa sangat murah. Sejak awal, warnet itu memang tidak untuk berbisnis, namun memang sengaja untuk tempat berkumpul, dan memang warnet itu tak pernah sepi.

Tak hanya itu, Dylan dan beberapa teman juga membuat sebuah komunitas unik yang dinamakan Cak Tarno Insititut. Ini adalah komunitas yang ada di penjual buku bernama Cak Tarno, dan kegiatan komunitas adalah ‘menguji’ skripsi anggota komunitas dengan diskusi secara bebas. Jika skripsi anggota itu ‘lulus’ di Cak Tarno Institut maka kemungkinan besar juga akan lulus di ujian sebenarnya. Komunitas ini pun sudah ‘menghasilkan’ sekitar 30 doktor dan banyak lagi lulusan S1 di UI.

Suami Nur Komala Dewi yang di karuniakan 7 orang anak ini juga cukup aktif di berbagai organisasi mahasiswa semasa di UI, seperti Senat Mahasiswa, Koperasi Mahasiswa, Resimen Mahasiswa dan Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia.

Setelah lulus, Dylan kemudian aktif di ormas Poros Indonesia dan PP GP Ansor, kemudian dilanjutkan aktif di dunia politik dengan di PDI, PDIP, PNBK kemudian menjadi Tim Nasional Kampanye PKB, hingga kemudian menjabat Wakil Sekjen PKNU.  (Edi Triyono)

 

Tinggalkan komen