Indo Betawi

Jakartakita.com: Terusan Suez di buka tahun 1870 untuk mempersingkat pelajaran dari Eropa ke Asia. Sejak saat itu banyak orang-orang Belanda datang ke Indonesia. Mereka datang dengan membawa keluarganya dan membawa hasil-hasil teknologi waktu itu antara lain mobil, sepeda motor dan kereta api,  angkutan umum yang sudah ada sejak tahun 1869.

Indonesia pada waktu itu menjadi negeri impian bagi orang Belanda. Mereka beranggapan di Indonesia bisa menjadi kaya raya. Karena Indonesia memiliki tanah yang subur dan menghasilkan daun tembakau, teh, karet bahkan bahan tambang untuk dibawa ke negeri Belanda.

Belanda yang sedang berjaya menjadi tuan tanah di tanah Batavia. Belanda mempekerjakan penduduk pribumi untuk mengolah kekayaan alam, agar bisa dibawa ke negeri Belanda. Semakin hari penduduk pribumi semakin miskin.Karena jumlah pekerja pribumi masih kurang memadai, Belanda pun mengimport orang-orang India (Keeling) dan Cina untuk menjadi kuli kontrak.

Sementara itu, orang yang datang dari daratan Cina (Tiongkok) awalnya hanya laki-laki. Namun mereka berbaur dengan penduduk asli dengan  melakukan perkawinan dengan penduduk setempat, terutama wanita Bali dan Nias. Sebagian dari mereka berpegang pada adat Tionghoa, misalnya penduduk dalam kota dan Cina Benteng di Tangerang), sebagian membaur dengan pribumi terutama orang Jawa dengan membentuk kelompok Betawi Ora di sekitar Parung, Ciledug. Pusat pemukiman orang Tionghoa ada di Glodok, Pinangsia dan Jatinegara.

Keturunan orang India dari Koja & Bombay tidak begitu besar jumlahnya.  Begitu pun dengan  orang Arab. Pada tahun 1840, Batavia didatangi pendatang dari Hadramaut (Yaman). Mereka ini bercampur dengan pribumi namun tetap berpegang kepada ke-Arab-an mereka.  Selain Tionghoa, India, Arab, masih ada budak-budak dari Srilangka, Mardjiker, dan lainnya yang menjadi penghuni awal di Kota Jakarta.

Maka jangan heran kalau mereka yang katanya orang Betawi asli memiliki wajah yang beragam, ada yang Melayu, Arab, India, Cina bahkan Belanda.

BetawiIndoIndo BetawiInfoJakarta kita
Comments (0)
Add Comment