Jakarta Menjadi Rebutan Para Raja

Jakartakita.com: Selain artefak purba yang menandakan zaman prasejarah Jakarta. Di Jakarta juga ditemukan sejumlah prasasti, seperti  Prasasti Tugu yang ditemukan di Cilincing. Berdasarkan Prasasti Tugu kita tahu bahwa Jakarta tempo dulu merupakan wilayah Kerajaan Tarumanegara, kerajaan tertua di Pulau Jawa, di samping Bogor, Banten, Bekasi sampai Citarum di sebelah timur dan Ciaruten. Saat itu Kerajaan Tarumanegara dipimpin oleh Raja Purnawarman.

Namun pada 686 Masehi. Kerajaan Tarumanegara hancur akibat serangan balatentara Kerajaan Sriwijaya. Abad ke-14, Jakarta masuk ke wilayah Kerajaan Pakuan Pajajaran yang sering disebut Kerajaan Pajajaran, atau Kerajaan Sunda. Kerajaan Pajajaran memiliki enam pelabuhan, diantaranya pelabuhan Sunda Kalapa. Kota pelabuhan ini terletak di Teluk Jakarta – di muara sungai Ciliwung – yang merupakan pusat perdagangan paling penting seiak abad ke-12 hingga ke-16.

Pada tahun 1513 orang-orang Portugis di bawah pimpinan Alvin tiba di Sunda Kelapa dari Malaka. Malaka sudah dikuasai oleh Portugis di bawah pimpinan Alfonso d’ Albuquerque. Perhatian orang-orang Portugis untuk berdagang, mendapat sambutan baik dari Raja Pajajaran yang menguasai Sunda Kelapa kala itu. Kerajaan Pajajaran membutuhkan bala bantuan untuk menghadapi orang-orang Islam yang pada waktu itu pengikutnya sudah banyak di Banten dan di Cirebon. Pada waktu itu secara bersamaan Demak sudah menjadi Pusat kekuasaan islam.

Sebuah tugu yang dibangun di tepi Sungai ciliwung menandai perjanjian kerjasama antara Raja Pajajaran dan Portugis. Dalam perjanjian itu dinyatakan bahwa orang-orang Portugis di bolehkan mendirikan benteng di Sunda Kelapa. Tentu saja hal itu membuat Kerajaan Islam Demak berang. Sultan Demak segera mengirimkan bala tentaranya di bawah pimpinan menantunya yang bernama Fatahillah dari Kesultanan Banten.

Pasukan Fatahillah berhasil menduduki Kota Pelabuhan Sunda Kelapa pada tahun 1527. Pasukan Fatahilah menghancurkan hampir seluruh kekuatan armada perang Portugis. Armada perang yang masih tersisa memilih mundur ke Malaka. Oleh karena kemenangan itulah Fatahillah memutuskan mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta, yang artinya “Kemenangan Yang Berjaya” pada tanggal 22 Juni 1527. Hari bersejarah itu akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Kota Jakarta.

Selain kerajaan-kerajaan di atas, Kerajaan Mataram juga pernah singgah di Batavia untuk numpang lewat. Daerah yang pernah dilewati oleh bala tentara Kerajaan Mataram itu disebut Mataraman atau yang lebih dikenal Matraman. (Risma)

InfoJakarta direbut RajaJakarta kitaJakarta Rebutan Raja
Comments (0)
Add Comment