Sekuntum Laila: Ketika Cinta Harus Memilih

Jakartakita.com: “True love can’t be judged, analyzed nor dictated. But truly can be sensed or felt. Tidak ada yang salah, ketika kuasa Ilahi memberi arti cinta dalam bentuk apapun kepada manusia. Novel ini bukan tentang cinta segitiga, namun bagaimana 3 manusia bisa memahami berkah cinta tersebut. A great love story by risma budiyani”
Tommy Tjokro (Presenter Metro TV).

Sobat Jakarta, apakah Anda sudah tahu buku apa yang harus Anda baca untuk menghabiskan akhir pekan Anda kali ini? Bagi Anda pencinta kisah romantis, mungkin sebuah novel terbaru karya Risma Budiyani ini bisa menjadi pilihan.

Novel ini berkisah tentang seorang perempuan bernama Laila, seorang penulis dari sebuah kantor pemberitaan ternama. Seorang perempuan sederhana yang menjunjung tinggi kesucian cinta, namun harus terperangkap dalam sebuah suratan takdir yang memilukan.

Adalah Ali, lelaki pemuja Laila. Dialah kekasih, suami sekaligus sahabat Laila. Baginya Laila adalah separuh nafasnya. Seperti layaknya pecinta gila dalam legenda, Ali ingin mempersembahkan sebuah istana cinta untuk kekasihnya Laila. Istana tempat dirinya, Laila, buah hati dan bermilyar cinta di antara mereka. Walau Ali harus menebusnya dengan sebuah perpisahan pedih.

Ramzi layaknya oase dalam padang gersang bagi Laila yang dirundung sepi. Ramzi mengajarkan Laila tentang kerasnya hidup. Bukan salah Laila bila Ramzi hadir di tengah-tengah cinta Ali dan Laila.

Ramzi seorang wartawan perang, yang belakangan diketahui Laila memiliki tanggal lahir yang sama dengan kekasihnya Ali. Ramzi dan Ali bagaikan pinang dibelah dunia. Dua-duanya memiliki sikap dan pembawaan yang sama. Laila hampir-hampir dibuat gila dengan keberadaan Ramzi yang tiba-tiba mencuri hatinya tanpa ampun. Namun sejatinya cinta Laila pada Ali tidak pernah berkurang sedikitpun.

Ramzi adalah pemuja Laila. Baginya Laila adalah bidadari dalam mimpinya. Perempuan yang selama ini dinanti di usianya yang kian senja. Ramzi diam-diam mengagumi mata Laila yang memancarkan segenap keceriaan, dan ketegaran hatinya. Semakin Ramzi mengenal Laila, semakin hatinya menggila karena cinta.

Ramzi hanya bisa mencintai Laila dalam diam, hanya dia dan Tuhan saja yang tahu. Demikian cintanya Ramzi pada Laila, hingga ia tak mampu menghancurkan kesucian cinta Ali dan Laila. Biarlah Laila hanya menjadi bidadari dalam mimpi Ramzi.

Kepada siapakah akhirnya hati Laila akan tertambat? Ali ataukah Ramzi pengagum rahasianya. Bilakah akhir kisah cinta Ali, Laila, dan Ramzi harus berakhir tragis?

Novel ini hendak menunjukkan bahwa tiada yang salah dengan jatuh cinta. Karena cinta adalah sebuah anugerah terindah dari Tuhan Yang Maha Kasih. Sedang akhir dari kisah cinta adalah sebuah pilihan yang harus dipilih.

Adalah Catatan Harian Laila yang menjalin manis setiap kisah yang kemudian menjadi saksi perjalanan kisah cinta Laila, Ali dan Ramzi.

Novel setebal 448 halaman ini menjadi lebih unik dengan kehadiran lagu ‘Laila’ Eric Clapton yang melatar-belakangi kisah ini. Sebuah lagu yang menggambarkan kekaguman Eric Clapton pada seorang perempuan jelita bernama Laila. Perempuan yang memporak-porandakan hati Clapton karena cinta. Begitulah kira-kira perasaan Ali dan Ramzi pada Laila.

Layla, you’ve got me on my knees.

Layla, I’m begging, darling please.
Layla, darling won’t you ease my worried mind.

(Arinda Mardiana)

novelRomantisSekuntum Laila
Comments (1)
Add Comment
  • Muhammad Faisal Alaydrus

    Hmmm… Catatan Harian Laila yang berganti judul. Sekuntum Laila terkesan lebih bersastra, filosofis, dan nge-pop. Sementara, Catatan Harian Laila memberi kesan kuat akan sesuatu yang berkesinambungan, berkembang, berproses, rahasia, sekaligus membuat penasaran akan sesuatu yang teramat penting. Andai saja saya pergi ke toko buku dan melihat ada dua buku berdampingan, yang satu berjudul Catatan Harian Laila dan yang lain bertuliskan Sekuntum Laila, saya akan lebih tertarik untuk mengambil dan menginvestigasi novel berjudul Catatan Harian Laila.