Martha Tilaar: Membangun Kerajaan Bisnis Dari Garasi Rumah

Jakartakita.com : Siapa yang tidak mengenal Martha Tilaar? Pemilik kerajaan bisnis kosmetika Sariayu Martha Tilaar. Berkat kiprahnya di dunia kosmetika, perempuan kelahiran 4 September 1937, istri  Prof. Dr. H.A.R Tilaar, ibu dari empat orang anak Bryan Emil Tilaar, Pinkan Tilaar, Wulan Tilaar, Kilala Tilaar dan nenek dari beberapa orang cucu ini, meraih gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa) dalam bidang “Fashion and Artistry” dari World University Tuscon, Arizona, AS tahun 1984.

Siapa nyana kerajaan bisnis Sariayu Martha Tilaar bermula dari sebuah garasi rumah ayahnya Yakob Handana, yang terletak di Jalan Kusuma Atmaja No. 45 Menteng, Jakarta Pusat. Di ruangan berukuran 6 x 4 meter inilah Martha mendirikan salon kecantikan ‘Martha Salon’ pada 3 Januari 1970. Martha meracik sendiri kosmetiknya dari bahan-bahan alami berdasar resep warisan nenek moyang.

Perjalanan bisnis Martha Tilaar selamanya mulus. Ia pernah mengalami pasang-surut usaha hingga akhirnya berhasil mengembangkan kosmetika lokal berbendera Martha Tilaar di manca negara. Produk-produk itu dipasarkan di kantor-kantor pemasaran Martha Tilaar di luar negeri seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, bahkan ke Los Angeles, AS. Bahkan di Paris, Perancis ia juga memiliki sebuah laboratorium penelitian parfum. Puluhan spa dengan merek dagang Martha Tilaar tersebar di berbagai negara.

Martha Tilaar mempunyai komitmen tinggi membangun industri kosmetika. Beliau tak segan-segan berinvestasi besar di bidang riset dan pengembangan (R&D), termasuk mengirim staf ahli farmasinya belajar ke luar negeri, atau mengikuti berbagai pameran di luar negeri. Komitmen Martha Tilaar memberi hasil lain. Perlahan –lahantapi pasti Martha Tilaar berhasil mengurangi ketergantungan kandungan bahan baku impor, berganti dengan bahan baku lokal di setiap produknya.

Salah satu prestasi membanggakan bagi Martha Tilaar adalah ketika Sekjen PBB Kofi Annan mengundang Martha Tilaar untuk hadir dalam forum Global Compact, di New York, AS di bulan Juli 2002. Di forum itu para pengusaha yang diundang diminta mempromosikan praktik berbisnis yang baik dalam bidang hak asasi manusia, tenaga kerja, dan lingkungan, yang telah dipraktikkan. Tujuannya agar setiap pengusaha menempatkan masalah sumberdaya manusia, sumberdaya alam, lingkungan, dan hak-hak asasi manusia sebagai prioritas penanganan dunia usaha.

Ketika berbicara pada pertemuan Komite Pengarah Nasional Global Environment Facility (GEF)/Small Grant Program, di Jakarta, 5 Oktober 2004, Martha Tilaar kembali mengangkat ulang komitmennya yang tinggi terhadap produk lokal dalam nada berbeda.

Bagi Martha di era modern seperti sekarang makna emansipasi bukan semata dimaknai untuk memperoleh persamaan hak dengan kaum pria. Melainkan jauh lebih besar dari itu berjuang demi memperoleh hak memilih dan menentukan nasib sendiri. (Risma)

Comments (0)
Add Comment