Menikah Karena Cinta atau Harta?

Jakartakita.com : Love is unconditional but marriage is not. Anda mungkin bisa jatuh cinta kepada siapa saja tanpa pandang bulu, tetapi ada seribu satu alasan sebelum Anda akhirnya memutuskan untuk menikah dengan seseorang.

Bibit, bebet, dan  bobot, seringkali menjadi pertimbangan sebelum memutuskan menikah. Bibit, melihat genetika atau asal-usul pasangan. Bebet, dengan siapa atau dalam lingkungan seperti apa sang calon hidup. Dan bobot, hal-hal yang menyangkut kepribadian, gaya hidup, pendidikan, juga pekerjaan pasangan.

Dari semua itu, faktor kemapanan dijadikan pertimbangan utama, sebelum memutuskan untuk menikah. Apakah Anda termasuk wanita yang menetapkan kriteria ‘mapan’ sebagai calon suami Anda? Tenang saja, bukan hanya Anda yang berpikir logis memilih pria mapan secara finansial untuk dijadikan pasangan. Hampir sebagian besar perempuan di dunia juga berpikiran sama.

E Philip Rice, penulis buku ‘Intimate Relationships, Marriages & Family’, mengatakan bahwa wanita yang memiliki pertimbangan itu tak berarti matre. Mereka justru realistis karena menginginkan keamanan secara finansial setelah menikah.

Seperti dikutip dari laman Shine, survei majalah Money memperlihatkan bahwa wanita cenderung berpikir jangka panjang atas hidupnya, seperti menghadapi inflasi dan kebutuhan hidup di masa depan, seperti biaya pendidikan anak. Bukan semata memikirkan kebutuhan konsumtif.

Sedangkan berdasarkan survey yang dilakukan Your Tango dan Forbes Woman menyebutkan bahwa 75% perempuan tidak akan menikah dengan seorang pengangguran. 65 % menunda membuat komitmen lebih besar jika pria-nya pengangguran. Namun ironisnya, ada 91 % perempuan lajang berani melangkah ke jenjang pernikahan hanya karena cinta.

Dua hal yang bertentangan sebenarnya. Di satu sisi wanita memilih cinta untuk menikah, namun di sisi lain wanita juga tidak ingin mengorbankan masa depannya untuk satu hal yang tidak pasti. Kemapanan adalah faktor penting bagi wanita. (Risma)

Comments (0)
Add Comment