Jakartakita.com – Di Indonesia, penetrasi pasar asuransi dirasa masih kecil bila dibandingkan dengan negara-negara lain, sebut saja Singapura, Jepang atau Korea Selatan. Padahal, potensi pasarnya sangat besar, dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini yang mencapai 240 juta jiwa. Sementara itu, kondisi makro ekonomi Indonesia yang relatif stabil dalam beberapa tahun terakhir, menjadikan pemain asing tergiur untuk hadir meramaikan pasar asuransi di Indonesia.
Seperti yang dilakukan Tokio Marine Holding, Inc., grup perusahaan asuransi terbesar ke 22 di dunia, dengan total aset lebih dari US$ 190 miliar dan cabang di lebih dari 400 kota di seluruh dunia, serta merupakan grup perusahaan asuransi tertua dan terbesar di Jepang, dengan pengalaman lebih dari 130 tahun, yang hadir di Indonesia lewat anak usahanya, PT Tokio Marine Life Insurance Indonesia.
Menurut Soebagio Iman, Chief Marketing Officer Tokio Marine Life Insurance Indonesia, saat ini pihaknya menawarkan 9 produk asuransi sesuai kebutuhan masyarakat, terdiri dari produk tradisional, unit link dan syariah. Bahkan diakuinya, pihaknya sedang mengembangkan 11 produk lagi.
“Targetnya, pada kuartal 3 2013 nanti, kami memiliki 20 produk. Hal ini untuk menjawab kebutuhan pasar,” ujar Soebagio Iman, saat ditemui dikantornya di Jakarta, Jumat (3/5) siang.
Dijelaskan, seluruh produk yang ditawarkan mewakili 6 kebutuhan konsumen dalam hal; education funding, wealth accumulation, wealth enhancement (investasi masa depan), kebutuhan keuangan akan penyakit kritis (asuransi kesehatan), income replacement (jika anggota keluarga sudah tidak bersama lagi), dan retirement funding (pensiun).
“Bahkan kami memiliki dua layanan lagi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal legacy planing (warisan), dan business continuity (business partnership),” tambahnya.
Hal ini, katanya, menjadi keunggulan dan diferensiasi dari Tokio Marine dibanding pesaingnya.
Selain itu, lanjutnya, di Tokio Marine, setiap agen/sales yang berhadapan dengan konsumen, tidak langsung menawarkan produk. Mereka memiliki pendekatan yang berbeda dan lebih memposisikan sebagai financial advisor.
“Para agen/sales di sini memang kami training seperti itu,” pungkasnya.