Jakartakita.com: Selain faktor usia lanjut, kekurangan vitamin neurotropik dan trauma pada saraf akibat aktifitas berulang-ulang dalam posisi yang salah, penderita penyakit diabetes sangat rentan mengalami gangguan saraf neuropati yang kerap disebut neuropati diabetic. Komplikasi tersebut sering ditemukan pada penderita diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2.
“Lebih dari 25% pasien diabetes menderita neuropati, bisa timbul kapan saja dan tidak bisa diprediksi,” kata Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi dari Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi), yang juga dokter ahli saraf dari Departemen Neurologi FK-UI/RSCM, Manfaluthy Hakim.
Menurut Luthy, panggilan Manfaluthy, risiko neuropati sejalan dengan bertambahnya usia dan durasi dari diabetes yang diderita oleh seseorang. Sering timbul pada pasien dengan kadar gula darah yang tidak terkontrol.
Penderita neuropati diabetic juga memerlukan konsumsi vitamin neurotropik yang lebih banyak untuk mencegah risiko yang semakin parah. Selain itu, lanjut Luthy, obesitas merupakan salah satu faktor yang memperbesar risiko neuropati.