Jakartakita.com – Banyak cara dilakukan pengembang agar bisa menarik minat calon konsumen untuk membeli unit property yang ditawarkan. Salah satunya dengan menggandeng pihak bank yang menawarkan bunga kredit yang lumayan menarik. Seperti yang dilakukan pengembang PT PP Properti untuk proyek Grand Sungkono Lagoon (GSL) Surabaya yang menggandeng Bank BTN.
“Melalui Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) BTN, calon konsumen mendapat keringatan dalam hal bunga kredit yang ditawarkan, yaitu 8,99% pada tahun pertama,” kata Rudy Harsono, Project Manager Grand Sungkono Lagoon Surabaya, belum lama ini di Surabaya.
Dijelaskan, dipilihnya BTN tak lain karena reputasi baik yang dimiliki bank milik pemerintah tersebut. Berbagai keunggulan lain yang dimiliki antara lain; suku bunga kompetitif, proses cepat dan mudah, jangka waktu sampai 15 tahun, perlindungan asuransi jiwa kredit, asuransi kebakaran dan gempa bumi.
Selain menggandeng Bank BTN, Rudy juga mengaku merangkul bank lain untuk memudahkan konsumen dalam hal kredit kepemilikan apartemen (KPA) dengan tawaran bunga ringan, antara lain, Bank CIMB Niaga dan juga Bank Mandiri.
Lebih lanjut diungkapkan, selain menerapkan strategi bunga kredit murah, pihaknya juga menggunakan strategi pemasaran buyer get buyer dalam menjaring konsumen.
“Karakteristik sebuah wilayah berbeda-beda. Di Surabaya, strategi pemasaran lewat word of mouth (WoM) dan buyer get buyer sangat efektif dalam menjaring konsumen. Pembeli kebanyakan merupakan end user yang kemudian memberitahukan kepada saudaranya atau teman-temannya agar membeli unit yang kita tawarkan dengan imbalan/fee satu persen dari harga jual,” terang Rudy.
Ia juga mengaku aktif melakukan aktifitas marketing melalui saluran above the line (ATL) dan below the line (BTL), antara lain beriklan di media massa, umumnya surat kabar lokal, melakukan gathering, juga menggelar pameran-pameran di mal.
“Bahkan kita sampai berpameran keluar Surabaya, misalnya di Balikpapan dan Makassar. Maklum, segmen market kami juga banyak yang berasal dari wilayah tersebut,” jelas Rudy, yang mengaku bujet yang dianggarkan untuk promosi sekitar 3-4 persen dari Rp 5 triliun investasi yang ditanam di proyek seluas 3,5 hektar tersebut.
Selain beragam strategi pemasaran diatas, pengembang pelat merah ini juga menerapkan strategi diferensiasi produk dengan menawarkan konsep mix used development berupa green property, yang menonjolkan penggunaan lahan hijau secara maksimal di proyek super blok premium di central business district (CBD), tepat di Jalan Mayjen Sungkono – Surabaya Barat.
Ditambahkan, proyek ini merupakan super blok pertama dan satu-satunya di Surabaya yang mengusung konsep green, healthy dan smart building dalam desain infrastruktur dan keseluruhan rancang bangun. Adapun konsep green dan healthy diterapkan melalui pembangunan areal taman keluarga seluas 2 hektar ditengah-tengah, yang menjadi ikon utama kawasan ini.
“Di dalam area taman keluarga ini, disediakan berbagai fasilitas rekreasi keluarga seperti jogging track, pedestrian walk, barbeque area, children playground atau taman bermain anak, serta kanal-kanal buatan yang dilengkapi fasilitas rekreasi air bagi keluarga,” tuturnya.
Untuk tower pertama, kata dia, yakni tower Venesia membidik segmen menengah, menyediakan 500 unit hunian. Terdapat beragam unit pilihan mulai 1 Bedroom, 1 Bedroom Deluxe, 1 Bedroom Suite, 2 Bedroom, 2 Bedroom Deluxe, 2 Bedroom Suite, 3 Bedroom, 3 Bedroom Deluxe, 3 Bedroom Suite, serta Penthouse Suites dan Duplex Penthouse Suite. Harganya mulai Rp 600 jutaan sampai Rp 6 milyar.
“Sejak dipasarkan September 2013 lalu, kami mentargetkan semua unit ludes terjual sampai akhir tahun 2014 ini. Adapun untuk ground breaking-nya akan dilakukan tanggal 20 Agustus 2014. Sedangkan target serah terima kira-kira di semester 2 tahun 2016,” jelasnya.
Saat ini, sambungnya, sekitar 80 persen pembeli merupakan end user dan sisanya adalah investor. Untuk pembeli, rata-rata 60-70 persen berasal dari Surabaya. Sisanya, berasal dari Jakarta, Sidoarjo dan Malang, Jember, Makassar, dan Balikpapan.
Rudy pun mengaku optimis, proyek yang ditawarkannya ini akan terserap pasar. Ia beralasan, kebutuhan properti di Surabaya saat ini semakin tinggi dan berkembang. Walau diakuinya, masyarakat di Surabaya belum terlalu membutuhkan gaya hidup tinggal di apartemen seperti layaknya orang Jakarta. Tapi, jika melihat jauh kedepan, investasi di apartemen juga sangat menguntungkan.
“Sama seperti di Jakarta, kedepannya, Surabaya akan mengalami kelangkaan lahan untuk tempat tinggal, khususnya didaerah perkotaan. Akibatnya, pembangunan tempat tinggal bertingkat akan semakin tumbuh. Selain itu, investasi di industri properti sangat menjanjikan. Setiap tahun, nilai properti di Surabaya mengalami kenaikan minimal 16 persen,” tandasnya.