“Harusnya ketika kita mengalami pelemahan rupiah, inilah saatnya sebenarnya manufaktur kita untuk dihidupkan kembali, paling tidak didorong,” ungkap Menkeu, di Jakarta akhir pekan lalu.
Menurutnya, korelasi antara pertumbuhan industri manufaktur dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sangat kuat. Oleh karena itu, saat ini merupakan momentum yang tepat untuk membangkitkan kembali industri manufaktur Indonesia.
Ia menambahkan, meskipun kontribusinya mengalami penurunan jika dibandingkan pada era tahun 1990an, sampai saat ini, sektor manufaktur masih merupakan kontributor terbesar PDB Indonesia. “Manufaktur itu sangat critical bagi perekonomian kita, karena dia adalah kontributor terbesar dalam PDB kita,” jelas Menkeu.
Terlebih, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan penurunan harga minyak dewasa ini juga turut berimbas pada kinerja ekspor Indonesia, yang saat ini masih didominasi oleh ekspor komoditas. “Dengan harga minyak yang rendah, semua commodity akan terbawa ke harga yang rendah, padahal kita ekspornya mayoritas masih commodity,” jelasnya.