Jakartakita.com – Bagi banyak budaya di dunia, kematian adalah sesuatu yang sakral sehingga diperlukan sebuah upacara khusus untuk menghormati atau mengenang mereka yang mati. Penguburan mayat dan kremasi adalah sebuah ritual kematian yang biasa ditemui. Namun, percayakah Anda, bahwa ada beberapa budaya yang tidak lazim kita temui seperti membuang mayat, hingga yang paling mengerikan adalah ritual memakan mayat.
Berikut ini adalah 13 budaya yang tidak lazim dalam ritual kematian:
1. Layanan pemakaman drive thru.
Di Los Angeles, Amerika Serikat ada rumah pemakaman yang menawarkan layanan drive thru. Peti mati di tempatkan di ruangan khusus berjendela kaca yang memudahkan para pengendara mobil bisa melihat dan memberikan penghormatan terakhir kepada jenazah tanpa harus memarkir mobilnya.
2. Peti mati fantasi.
Di Ghana ada tradisi unik membuatkan peti mati dengan bentuk yang tidak biasa untuk orang-orang terkasih. Biasanya peti mati disesuaikan dengan aktifitas jenazah saat masih hidup. Ada peti mati yang berbentuk kaleng bir, ikan, bahkan botol coca cola.
3. Mengabadikan abu jenazah menjadi perhiasan.
Adalah Lifegem, sebuah perusahaan yang menawarkan jasa menjadikan sisa abu pembakaran jenazah menjadi berlian sintetis yang bisa dipakai sebagai bandul kalung atau mata cincin. Dengan memakai cincin dengan batu permata sisa abu kremasi orang terkasih membuat pemakainya selalu merasa dekat dengan orang yang dikasihinya walau sudah meninggal. Perhiasan inipun bisa diwariskan ke anak cucu. Harga yang ditawarkan pun lumayan mahal yaitu berkisar antara 40 jutaan hingga 200 jutaan.
4. Berdansa dengan mayat.
Percaya atau tidak di Malagasi, ada tradisi unik perayaan kematian. Setiap tujuh tahun sekali, para keluarga mengeluarkan jenazah yang sudah menjadi tulang belulang dari kuburan dan memakaikan baju atau kain baru. Kemudian semua akan berdansa bersama mayat dengan iringan musik ‘Live’.
5. Santhara.
Di India ada tradisi unik di kalangan komunitas Jains. Mereka yang sudah merasa siap untuk mati, memulai ritual berpuasa tidak makan dan minum berhari-hari sampai mati untuk penyucian diri. Ritual ini adalah cara lain dari bunuh diri atau euthanasia.
6. Menggantung peti mati.
Masyarakat dari suku Bo di Gonxian Cina biasa menggantung peti mati di tebing dengan ketinggian hingga ratusan kaki.
7. Pesta kematian yang berakhir dengan pemakaman di gua.
Pemakaman di wilayah Tana Toraja Indonesia adalah sebuah ritual agung. Upacara pemakaman disertai dengan musik, tari-tarian dan pesta untuk sejumlah tamu. Kematian di sini adalah sebuah kesempatan mewah dengan harga yang mahal. Jadi, keluarga almarhum diberikan penangguhan, mereka tidak perlu menguburkan tubuh mayat dengan segera. Mereka hanya dapat membungkusnya dan menyimpannya di dalam rumah mereka, sementara mereka menabung untuk biaya pemakaman bahkan hingga bertahun-tahun. Sementara waktu itu, mayat diperlakukan sebagai orang sakit dan dimasukkan dalam rutinitas sehari-hari. Sebuah pemakaman yang sebenarnya terjadi ketika keluarga melakukan upacara kematian, dan peti mati ditempatkan di kuburan berupa gua atau
tergantung di tebing.
8. Pemakaman dengan penari telanjang.
Di Taiwan, semakin banyak orang yang datang ke pemakaman menunjukan semakin terhormat seseorang. Makanya tak heran saat ada anggota keluarga yang meninggal, pihak keluarga sengaja menyewa penari striptis untuk menarik orang agar datang ke pemakaman. Biasanya pemakaman dengan penari telanjang ini akan diiklankan.
9. Mengamputasi mayat.
Suku Dhani di Papua memiliki ritual memotong jari jenazah orang terkasih. Jari tersebut dibuarkan kering kemudian dibakar dan abunya disimpan di tempat sakral sebagai kenang-kenangan. Namun praktik ini kini dilarang keras, walaupun masih dilakukan diam-diam.
10. Sky Burials.
Warga Buddha di Tibet sering pergi untuk sebuah “pemakaman langit” di mana tubuh akan dimutilasi, dicampur dengan tepung dan diatur sedemikian rupa agar dimakan oleh burung-burung pemakan bangkai. Mereka percaya bahwa tubuh hanyalah sebuah kapal untuk jiwa dan harus kembali ke alam.
11. Menaruh mayat di menara
Komunitas Zoroaster di Mumbai, India percaya bahwa setelah kematian tubuh hanya membuat pencemaran saja. Kremasi atau penguburan dikesampingkan karena mereka beranggapan akan mencemari unsur-unsur sakral seperti api dan bumi. Jadi, mereka sengaja menyimpan mayat di menara (Tower of Silence) agar dimakan burung bangkai. Namun sayangnya populasi burung bangkai kini tinggal sedikit, hingga banyak tumpukan mayat yang membusuk di menara belum disentuh si burung bangkai.
12. Membuang mayat di Sungai Gangga.
Kaum Hindu India percaya bila kita mandi di sungai Gangga maka dosa-dosa kita akan hilang dan kembali suci. seperti bayi yang baru lahir. Maka mereka biasa membuang abu kremasi di Sungai Gangga lewat upacara megah. Bagi mereka yang miskin biasanya hanya membuang mayat ke Sungai Gangga tanpa ritual apapun. Makanya tak heran bila Sungai Gangga termasuk sungai paling kotor di dunia. Tidak hanya limbah industri, kotoran manusia, bahkan mayat pun hanyut di sungai yang dianggap suci oleh Hindu India ini.
13. Memakan mayat (Endocannibalism).
Endocannibalisme adalah praktik dimana orang memakan tubuh orang yang mati. Ide di balik kebiasaan mengerikan ini adalah kepercayaan bahwa dengan memakan tubuh si mati, maka sekaligus akan ‘menghisap’ sifat-sifat almarhum untuk asimilasi roh. Beberapa suku di Amerika Selatan dan Australia dikatakan telah mempraktekkan ritual menyeramkan ini. Menurut antropolog Napoleon Changon, komunitas Yanomamo di Amerika Selatan masih memakan abu dan sisa tulang orang yang mati setelah dikremasi.