Ismed menjelaskan, semangat ketahanan pangan tersebut harus masuk kedalam konteks “gerakan”. Menurutnya konteks “gerakan” dalam kinerja usaha RNI menjadi sangat penting ditekankan. Sebab, kehadirannya secara ideologis dan politik bersua dengan konsepsi jokowinomics saat ini, yang menekankan pada pencapaian ketahanan pangan.
Lebih lanjut Ismed memaparkan, di dalam beberapa hal, RNI telah memfokuskan kinerjanya menuju ketahanan pangan dengan berbagai inovasi teknologi, teknikal, dan managerial dalam perkebunan, industry gula, air mineral, dan daging sapi. Kondisi eksisting saat ini RNI memiliki area lahan perkebunan seluas 98.624 ha. Lahan tersebut diperuntukan bagi tebu, sawit, teh, dan karet. Sebanyak 60.043 ha diperuntukan untuk tanaman tebu guna menyokong kebutuhan gula dalam negeri.
“Dalam 5 tahun terakhir kontribusi RNI terhadap kebutuhan gula di Pulau Jawa tidak pernah kurang dari 20%,” kata Ismed.
Ditambahkan, RNI menerjemahkan ”gerakan” ketahanan pangan ke dalam intensifikasi, ekstensifikasi, dan sofistikasi, yang diejawantahkan pada perluasan areal persawahan, mengembangkan dan memadukan sistem perkebunan dengan ternak sapi dan pengemasan modern serta pengembangan model perdagangan produk-produk pertanian dan pangan.
Dilihat dari sini, RNI telah berusaha merealisasikan semangat ideologis ketahanan pangan ke dalam kinerja praktikal dan teknikal melalui asupan kapital, teknologi dan manajerial.