Saat ini, pendengar tidak lagi hanya dimanjakan oleh suara lembut penyiar dan lantunan lagu kesukaan yang disiarkan. Namun, saat ini radio sudah memanfaatkan media lain, seperti social media (Facebook dan twitter) dan bahkan You Tube untuk merangkul lebih banyak pendengarnya.
“Semua radio mesti menerapkan format baru dalam strateginya menggarap pasar. Jika tidak mau, yaa wassalam. Radio tersebut akan mati dan ditinggalkan pendengarnya,” kata Iman Musaman, General Manager ETNIKOM (Jaringan Media Etnik Indonesia yang memiliki beberapa stasiun Radio Etnik, salah satunya Bens Radio), yang ditemui dikantornya dibilangan Jagakarsa, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Dijelaskan, saat ini, industri radio sudah masuk di era radio 3.0 (baca: three point o). Hitungan perubahannya tidak lagi per dekade tapi sudah per tahun bahkan bulan. “Teknologi sangat mempengaruhi perubahan ini,” sambung Iman, yang sudah tahunan bergelut di industri radio.
Panjang lebar Iman bercerita mengenai ‘revolusi’ yang sedang terjadi di industri radio. Dia pun menuturkan, dulu radio sangat bergantung pada riset dari sebuah lembaga survey terkenal. Tapi di era radio 3.0, dimana pengembangan radio sifatnya mass mobiliser, sebuah radio diharuskan bisa menciptakan crowded.
Menurutnya, radio sekarang ini mesti terkoneksi dengan social media. “Pagi ini siaran, kita kasih hastag apa, langsung direspon pendengar. Ada interaksi antara media radio dan media online, ada social media-nya, web streaming-nya bahkan ada audio visual-nya. Ini sebenarnya pengembangan dari off/on air di era 1.0 dan 2.0. Sekarang, kita bikin isu apa, langsung segera bisa ngumpulin massa yang banyak. Caranya, melalui social media,” urainya.
Ditambahkan, dalam hal tracking pendengar pun jauh berbeda dengan di masa lalu yang mengandalkan media survey atau riset. Di masa kini, semua data bisa terlacak secara langsung melalui website, follower maupun hit. “Tracking pendengarnya langsung keliatan,” katanya lagi.
Dari perkembangan radio saat ini yang memungkinkan untuk tampil audio visual, ia pun berujar bahwa saat ini sudah tidak ada bedanya lagi radio dengan TV.
“Sekarang ini radio sudah multi media. Orang tidak lagi cukup terpuaskan dengan hanya mendengarkan. Karena kini kita bisa lihat siaran radio melalui You Tube,” sambungnya.
Dia melanjutkan, kekuatan radio ada pada personal relationship antara penyiar dengan pendengarnya. Mulai dari suara penyiarnya yang lembut, wawasannya yang luas maupun tampang penyiarnya yang menarik.
“Oleh karena itu, kedepannya, konsep ‘radio star’ akan jadi tren. Jadi, bagaimana kita punya penyiar yang jadi bintang buat pendengarnya, yang selalu dinanti pendengarnya,” tandasnya.