Jakartakita.com – Dalam sepekan terakhir ini, warga Desa Kanding, Kecamatan Somagede, Banyumas, dihebohkan kabar calon presiden di Negara Suriname di Benua Amerika. Satu kandidat calon Presiden Suriname adalah Raymond Sapoen diduga keturunan orang Jawa yang berasal dari Banyumas. Sapoen merupakan kakek Raymond Sapoen.
Raymond Sapoen, mantan menteri perdagangan dan industri periode 2012-2014 dan mantan menteri pendidikan periode 2010-2012 capres dari partai Pertjaya Luhur akan ikut Pilpres Suriname di bulan Mei 2015.
Adalah Arie Grobbee, anggota Paguyuban Sambungroso Jawa-Suriname yang pertama kali melakukan penelusuran asal-usul Sapoen, yang diduga leluhur kandidat presiden Suriname, Raymond Sapoen.
Arie Grobbee, warga keturunan Belanda yang kini bermukim di Desa Karangbanjar, Purbalingga. Sudah setahun ini, ia melakukan penelusuran terhadap keluarga Jawa yang dulu pernah menjadi kuli kontrak di Suriname. Berdasarkan data dari arsip nasional Belanda, Sapoen berangkat ke Suriname pada tahun 1928. Ia menumpang kapal yang berangkat dari Jakarta menuju Paramaribo, Suriname.
Kapal Merauke II yang mengangkut Sapoen lepas jangkar pada 30 Juni 1928. Dalam dokumen yang dimiliki Arie, alamat Sapoen tertera jelas berasal dari Desa Kanding Banyumas. Belum disebutkan ada nama provinsi di dokumen tersebut. Saat itu Sapoen tercatat berumur 25 tahun dengan tinggi badan 146 centimeter. Agama yang tertulis, Islam.
Dalam dokumen tersebut juga tertulis masa kontrak Sapoen yang tercatat mulai 18 Agustus 1928 hingga 18 Agustus 1933. Namun tak jelas, apakah Sapoen berhasil kembali ke Jawa atau menetap di Suriname.Arie bahkan berhasil menelusuri silsilah keluarganya berdasarkan arsip yang sudah tersimpan hingga 650 tahun.
Arie Grobbee sendiri tak bisa memastikan apakah Raymond merupakan keturunan generasi keempat dari Sapoen, yang dibawa Belanda ke Suriname sebagai pekerja kontrak. Namun ia memastikan Sapoen memang berasal dari Desa Kanding. Berdasarkan penelusurannya, Sapoen yang pergi meninggalkan desa pada tahun 1926 memang belum pernah kembali ke desa itu. Berdasarkan penelusuran ke sesepuh desa, Sapoen diduga hilang saat sedang bekerja.
Perlu diketahui, adanya orang Jawa di Suriname ini tidak dapat dilepaskan dari adanya perkebunan-perkebunan yang dibuka di sana. Karena tidak diperbolehkannya perbudakan di sana, dan orang-orang keturunan Afrika dibebaskan dari perbudakan. Di akhir 1800-an, Belanda mulai mendatangkan para kuli kontrak asal Jawa, India dan Tiongkok. Orang Jawa awalnya ditempatkan di Suriname tahun 1880-an dan dipekerjakan di perkebunan gula dan kayu yang banyak di daerah Suriname. Kebanyakan kuli kontrak asal Jawa tersebut memilih menetap di Suriname (dahulu bernama Guyana) dan beranak-pinak hingga sekarang.