Direktur Direktorat Bina Ketahanan Remaja Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Temazaro Zega menjelaskan, remaja perlu diberi pendidikan agar tidak melakukan seks pranikah. Pendidikan ini tidak hanya menyasar pada anak-anak SMA, tetapi juga sejak mereka duduk di bangku SMP.
“Kita lihat perilaku remaja SMP sekarang sudah berisiko. Mereka harus diberikan pemahaman. Pendidikan kesehatan reproduksi bukan mengajarkan remaja berhubungan seks. Tapi supaya mereka terhindar dari perilaku berisiko,” terang Zega di Gedung BKKBN, Jakarta, Selasa (10/2).
Ditambahkan, media internet yang mudah diakses merupakan salah satu pengaruh remaja melakukan perilaku seks pranikah.
Sebagai informasi, berdasarkan riset kesehatan dasar tahun 2010, seks pranikah berisiko dilakukan pada anak-anak atau remaja pada usia 10-24 tahun.