Pelemahan rupiah atau penguatan dolar AS disebabkan oleh berbagai faktor baik dari dalam negeri maupun global.
Dari faktor global, isu kenaikan suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserves atau The Fed, menjadi pemicu utama tekanan terhadap rupiah.
Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengatakan pelemahan nilai tukar memang dialami hampir semua negara terhadap dolar AS. Pelemahan masih akan terus berlangsung ke depan. Bahkan diperkirakan dolar AS bisa menguat hingga di atas Rp 13.000. Apalagi Indonesia tidak menganut sistem pewajiban dana asing untuk mengendap di dalam negeri (holding period). Artinya, dana asing bebas berlalu-lalang tanpa batas waktu.
Awal pekan ini, Senin (2/3/2015), awal perdagangan di pasar spot, rupiah melemah hingga menyentuh level 13.000.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda ini dibuka melemah ke posisi Rp 12.976 per dollar AS, dibanding penutupan akhir pekan lalu. Pada pukul 08.51, rupiah bahkan menyentuh posisi 13.000.
Riset Samuel Sekuritas Indonesia memerkirakan mata uang dollar AS diperkirakan masih akan kuat di perdagangan Asia hari ini. Malam nanti ditunggu angka ISM Manufacturing AS yang diperkirakan turun.