Kabar duka itu disampaikan Deddy Corbuzier, pemandu acara program Hitam Putih di Trans 7, dalam akun Twitter miliknya, @corbuzier.
“Innalillahi wainna ilaihi rojiun Bapak Tatang Koswara memejamkan mata untuk yang terakhir kalinya.#hitamputihberduka.”
Tatang, Selasa malam ini, mengisi acara live Hitam Putih di Trans 7. Setelah menceritakan semua perjuangannya dalam membela Tanah Air, Tatang pingsan. Tatang sempat dibawa ke rumah sakit, tetapi tidak tertolong.
Tatang, masuk jajaran penembak jitu terbaik di dunia. Dalam buku Sniper Training,Techniques and Weapons karya Peter Brookesmith terbitan 2000, nama Tatang masuk dalam daftar 14 besar Sniper’s Roll of Honour di dunia.
Tatang mulai masuk militer melalui jalur tamtama di Banten pada 1966. Pada 1977 – 1978 Tatang beroperasi di Timor Timur. Di bekas provinsi Indonesia itu, lebih dari 40 orang fretilin menjadi korban tembakan jitunya.
Meski punya ijazah Sekolah Teknik (setara SMP), Tatang melamar sebagai prajurit tamtama menggunakan ijazah SR (Sekolah Rakyat) atau Sekolah Dasar. Selang beberapa tahun ia mengikuti penyesuaian pangkat sesuai ijazah yang dimiliknya itu.
Sebagai bintara, ia ditempatkan di Pusat Kesenjataan Infanteri (Pusenif). Di sana pula ia mendapatkan mengikuti berbagai pelatihan, mulai kualifikasi raider hingga sniper. Ia menggunakan sandi S-3 alias siluman 3.
Suami Tati Hayati yang dinikahinya pada 1968 ini pensiun tentara pada 1994 dan menetap di Bandung. Semenjak pensiun, Tatang dan Tati bahu-membahu menjalankan warung makan tersebut dan sesekali melatih yuniornya di TNI AD. Usaha ini dilakukan karena uang pensiun yang diperoleh dengan pangkat terakhir sebagai pembantu letnan satu (peltu) tidak mencukupi biaya hidup sehari-hari.
Selamat jalan, Tatang Koswara!