Bahkan Analis dari Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe, pada Tempo (7/7/2014) mengatakan pelaku pasar akan melihat sosok pemenang pemilihan presiden sebelum melakukan transaksi. Jika pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menang, rupiah akan cenderung bergejolak.
Rendahnya tingkat kepercayaan pasar terhadap pasangan Prabowo-Hatta diperkirakan membuat banyak investor meninggalkan pasar, sehingga tingkat beli dolar akan tinggi. Kurs bisa menembus Rp 12.500 per dolar Amerika.
Skema sebaliknya, ujar Kiswoyo, akan terjadi jika pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang memenangi pemliu. Rupiah diperkirakan akan melemah terlebih dahulu sebelum menguat hingga di bawah 11.500.
Kamis pagi ini (9/3/2015), seperti dikutip dari Bloomberg, rupiah dibuka di level 12.999 per dolar AS. Namun tekanan terus melanda rupiah dan membuat terus melemah. Sepanjang perdagangan pagi ini, rupiah telah menyentuh level terendah 13.047 per dolar AS.
Menguatnya dolar AS terhadap mata uang asing ikut memukul rupiah. Menembus level 13.000 per dolar AS, mata uang Indonesia ini bahkan menyentuh level terendahnya sepanjang tahun ini.
Ternyata kurs rupiah terhadap dolar tidak hanya dipengaruhi oleh siapa presiden Indonesia. Bahkan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil menegaskan pemerintah tidak bisa melakukan intervensi terhadap pelemahan nilai tukar rupiah. Pemerintah justru berharap Bank Indonesia bisa melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah.