Jakartakita.com – Presiden Brasil Dilma Rousseff tengah menghadapi tantangan terbesar dalam termin kedua pemerintahannya yang belum berlangsung lama. Kedudukannya digoyang setelah ratusan ribu demonstran turun ke jalan-jalan di lebih dari 150 kota di ‘Negeri Samba’ untuk menuntut impeachment Roussef dan diakhirinya praktek korupsi di negara tersebut.
Protes yang berlangsung pada hari Minggu kemarin diselenggarakan oleh kelompok kanan dengan memanfaatkan media sosial untuk berkoordinasi. Tidak ada aksi kekerasan yang terjadi dalam demonstrasi, sangat berbeda dengan yang berlangsung pada 2013 lalu.
Aksi protes menambah tekanan terhadap Rousseff, yang tengah menghadapi krisis ekonomi Brasil dan terkuaknya kasus korupsi di perusahaan minyak negara Petrobras yang melibatkan puluhan tokoh politik.
Protes terbesar terlihat di Sao Paulo, di mana sekitar 210.000 orang berkumpul di jalan utama, menurut survei dan statistik Datafolha. Jumlah demonstran yang berkumpul dalam jumlah besar juga terlihat di ibukota Brasilia, Rio de Janeiro, dan Porto Alegre.
Rousseff tidak muncul di depan umum, tapi para menterinya menyebutkan dalam konferensi pers yang disiarkan secara nasional bahwa pemerintah Brasil akan mengajukan pembuatan kebijakan-kebijakan anti-korupsi kepada kongres, tindakan yang sebetulnya sudah dijanjikan Roussef dalam masa kampanye pemilihan presiden pada bulan Oktober.
“Kami di sini untuk mengekspresikan kemarahan terhadap tindakan korupsi yang direstui pemerintah dan menuntut impeachment Dilma,” kata Andre Menezes, pria berusia 35 tahun yang ikut aksi protes di Sao Paulo, seperti dilansir AP Senin (16/3/2015).
“Dia mungkin tidak terlibat langsung dalam korupsi di Petrobras, tapi dia pasti tahu tentang hal itu, dan bagi saya itu membuatnya turut bersalah,” tambahnya.
Di Rio de Janeiro, polisi memperkirakan 15.000 orang melakukan aksi protes di sepanjang pantai Copacabana, di mana mereka melambaikan bendera Brasil dan menyerukan kudeta militer untuk membubarkan pemerintah.
Berbeda dengan kekerasan yang meluas pada aksi protes di 2013 lalu, pada hari Minggu kemarin satu-satunya konflik yang dilaporkan adalah polisi menggunakan gas air mata dan granat kejut untuk membubarkan sekelompok kecil pengunjuk rasa di Brasilia yang sedang berusaha untuk memasuki gedung kongres. Di Sao Paulo, polisi menangkap sekitar 20 pemuda yang membawa kembang api berdaya ledak tinggi.
Rousseff menyebutkan melalui Menteri Kehakiman Jose Eduardo Cardozo kepada media setempat bahwa ia sepenuhnya mendukung demonstrasi damai, dan aksi unjuk rasa mengonfirmasi bahwa Brasil adalah negara demokratis yang memungkinkan adanya divergensi, perbedaan pendapat, dan jauh dari kekerasan.