Bisnis Senjata : Indonesia Masih di Level Minimum

Jakartakita.com – Anggaran untuk Kementerian Pertahanan Republik Indonesia saat ini meningkat. Jika dibandingkan tahun lalu, tercatat pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014, pemerintah menganggarkan sebesar Rp. 83,3 triliun. Anggaran tersebut meningkat menjadi Rp. 96,9 triliun pada APBN 2015 dan diberi tambahan Rp. 4,725 triliun pada APBN-P 2015.

Namun demikian, jika dibandingkan dengan negara-negara lain disekitar kawasan, peningkatan anggaran pertahanan Indonesia dinilai masih di level minimum.

Menurut laporan SIPRI (Stockholm International Peace Research Institute) yang direlease pada hari Senin (16/3/2015), volume transfer senjata selama periode 2010 – 2014 diseluruh dunia tercatat naik 16 % dibandingkan periode 2005 – 2009.

Dalam release itu juga disebutkan bahwa, Indonesia sudah menerima 16 pesawat tempur ringan T-50 dan memesan 50 pesawat tempur KFX dari Korea Selatan. Selain itu disebutkan juga rencana lainnya untuk melakukan pengadaan banyak pesawat tempur dan tanker.

Dari Tiongkok, Indonesia pun tercatat sudah membeli ratusan rudal anti – kapal. Sementara dari Rusia, Indonesia menerima sebanyak 3 pesawat tempur Sukhoi Su-27 dan enam buah Su-30. Adapun, dari Amerika Serikat, tercatat sebanyak lima dari 24 pesanan pesawat tempur F-16C sudah diterima oleh Indonesia.

Dewi Fortuna Anwar, salah satu Governing Board di SIPRI , mengatakan bahwa penganggaran itu sudah on track meski termasuk minimum dan belum memadai.

Namun, Ia secara pribadi merasa tidak setuju jika anggaran untuk pertahanan diberi porsi lebih besar, karena akan berdampak kepada perekonomian negara nantinya.

Ditengah fokus pemerintah pada sektor kemaritiman, belum lagi ancaman terhadap wilayah Indonesia seperti pencurian ikan, dan ancaman lainnya, Indonesia memang memerlukan persenjataan yang mumpuni dan mampu mengamankan secara luas zona teritorial Indonesia. Di sisi lain, persenjataan negara – negara yang disebut ancaman bagi perairan di Indonesia justru meningkat.

Dewi menganggap posisi Indonesia saat ini tidak perlu mengejar ketertinggalan. Membuat efek getar kepada negara lain tanpa menimbulkan ketakutan dirasa sudah cukup.

“Apa kita perlu mengungguli negara lainnya? Saya rasa tujuan Indonesia tidak mengarah kesana saat ini”, tandas Dewi.

 

APBN-P 2015Bisnis SenjataIndonesialaporan SIPRILevel MinimumStockholm International Peace Research Institute
Comments (0)
Add Comment