Slogan “Buanglah Sampah pada Tempatnya” menjadi sekedar slogan yang tak lagi memiliki makna. Padahal sampah dapat berdampak buruk bagi kehidupan manusia. Sampah yang menumpuk tanpa adanya pengelolaan yang benar dapat menimbulkan berbagai penyakit dan menghasilkan zat kimia berbahaya. Sampah yang menumpuk di selokan dan sungai juga menyebabkan terjadinya banjir yang kerap menjadi bencana rutin di Tanah Air. Sampah masih dianggap sebagai persoalan sepele bagi masyarakat. Rasa ketidakpedulian itu pun akhirnya berkembang menjadi sebuah kebiasaan yang sulit untuk diubah.
Makanya tak mengherankan kalau Indonesia mendapatkan gelar negara dengan polusi sampah plastik terbanyak di dunia setelah China. Produksi sampah plastik di Indonesia mencapai 5,4 juta ton per tahun. Sementara berdasarkan data dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta, tumpukan sampah di wilayah DKI Jakarta mencapai lebih dari 6.000 ton per hari dan sekitar 13 persen dari jumlah tersebut berupa sampah plastik. Sungguh jumlah yang fantastis!
Kepedulian akan sampah inilah yang mendorong SD Alam Depok atau yang akrab disebut ‘Sade’ untuk mendirikan Bank Sampah di sekolah dua minggu lalu. Berbeda dengan bank lain yang berupa bangunan permanen dan dilengkapi dengan pendingin ruangan. Bank Sampah Sade di di Jl. Bungsan No. 80 Kel. Bedahan, Kec. Sawangan, Kota Depok, menempati tenda yang berukuran tak lebih dari 12 meter persegi.
Di dalam tenda yang disebut ‘pos Bank Sampah’ tersebut tak ada brankas yang berisi uang tetapi berkarung-karung sampah yang telah dipilah. Sampah plastik, kertas, stryrofoam, kardus, majalah dan kemasan botol minuman bekas pakai.
Puluhan siswa Sade yang merupakan nasabah Bank Sampah tampak sedang antri menunggu giliran menyetorkan plastik berisi sampah, untuk kemudian ditimbang oleh petugas. Selesai ditimbang, para petugas bank yang juga siswa Sade akan memilah-milah sampah bersih tersebut berdasarkan materialnya baru kemudian sampah yang terkumpul dari siswa satu sekolah akan dijual ke pengepul setiap minggunya. Uang yang didapat dari menjual sampah recycle akan dimanfaatkan untuk membeli alat dan bahan kebersihan lingkungan hidup sekolah.
Rini Nurdianti, juru bicara Sade menjelaskan konsep pengelolaan sampah seperti bank ini ternyata disambut baik oleh para siswa. Hal ini terlihat dari antusiasme para siswa yang didukung para orang tua murid, membawa barang-barang yang tak terpakai dari rumahnya untuk disetorkan ke Bank Sampah di sekolah. Apalagi pihak sekolah akan menyediakan reward berupa handycraft berbahan material daur ulang, bagi nasabah yang rajin mengumpulkan sampah.
“Tujuan diadakannya Bank Sampah di sekolah kami ialah sebagai media pembelajaran bagi siswa juga agar sampah yang ada di sekolah pun bisa termanfaatkan. Melalui Bank Sampah siswa dapat belajar tentang pengelolaan sampah, belajar menimbang, belajar menghitung pemasukan, belajar menumbuhkan rasa cinta lingkungan, belajar memanfaatkan sampah menjadi sebuah produk yang bernilai, dan lain sebagainya,” kata Rini.
” Manfaat dengan adanya Bank Sampah di sekolah kami ialah lingkungan sekolah menjadi lebih bersih dan menumbuhkan rasa cinta lingkungan,” jelas Rini
Walaupun usia Bank Sampah ini baru dua minggu. Namun, dampak positif dari Bank Sampah sudah terlihat. Lingkungan sekolah menjadi lebih bersih dan nyaman, karena para siswa menjadi lebih peduli tentang pentingnya membuang sampah pada tempatnya, sekaligus memilah sampah yang bisa di daur ulang.
Menurut Rini, sejauh ini sampah yang terkumpul sudah mencapai 100 kg lebih. Hebatnya para siswa tetap semangat menjadi nasabah aktif Bank Sampah meskipun sampah yang mereka setorkan tidak dikembalikan dalam bentuk uang seperti Bank Sampah pada umumnya, namun itu tidak menyurutkan antusiasme orang tua dan siswa.
Meski pelaksanaan Bank Sampah di Sade ini masih sangat dini. Evaluasi dan perbaikan masih perlu terus dilakukan dan dikembangkan.
Kedepannya Rini berharap, Bank Sampah Sade ini bisa terus beroperasi. Paling tidak kegiatan ini bisa mengatasi sedikit dari masalah sampah yang sedang dihadapi Indonesia.
Mengingat selama ini solusi sampah hanya berkutat dengan pengangkutan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Solusi ini sebenarnya hanya memindahkan masalah saja, persoalan sampah di rumah mungkin selesai, tetapi muncul masalah baru di TPA. Keberadaan Bank sampah membantu memanfaatkan kembali sampah plastik, kertas, kaleng botol, dan lain-lain menjadi barang bernilai jual tinggi yang selama ini semua masuk ke TPA.
Tampaknya kita orang dewasa perlu mencontoh langkah kecil bermanfaat besar yang dilakukan oleh para siswa Sekolah Alam Depok ini. Agar masalah sampah di Indonesia segera teratasi.
Hebat!semangat terus laskar sade