Jakartakita.com – Sentimen eksternal dan internal, diyakini menjadi penyebab depresiasi rupiah terhadap dollar AS, akhir-akhir ini.
Bahkan, Bank Indonesia (BI) pun mengakui, depresiasi nilai tukar rupiah saat ini sudah berlebihan di bawah level fundamentalnya (under value) karena ditekan sentimen eksternal dan internal tersebut.
“Kalau ditanya apakah pelemahannya sudah under value, memang iya. Mata uang kita melemahnya sebenarnya sudah berlebihan juga,” ujar Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara, di Jakarta, Rabu (18/3/2015).
Dijelaskan, faktor eksternal yang membuat rupiah terdepresiasi adalah rencana kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika The Fed tahun ini.
Stimulus moneter sebesar 20 persen dari PDB Amerika atau 3,8 triliun dolar AS akan ditarik perlahan oleh bank sentral AS itu dengan menaikkan suku bunga.
“Saat ini suku bunganya 0,25 persen. Dalam tiga tahun ke depan akan naik 2,5-3 persen, sementara itu suku bunga Eropa negatif, Jepang hanya nol koma sekian, China juga turun. AS ekonominya meningkat sendiri,” kata Mirza.
Selain itu, pelemahan rupiah juga disebabkan faktor fundamental Indonesia sendiri di mana permintaan terhadap dolar AS melebihi suplai.
“Kita tahu kurs itu adalah supply and demand (pasokan dan permintaan) terhadap dolar, ekonomi kita ini sayangnya demand dolarnya lebih besar dari pada supply,” tandas Mirza.