Jakartakita.com – Umat Hindu khususnya di Bali kembali merayakan Nyepi yang tahun ini jatuh pada tanggal 21 Maret. Berbeda dengan hari besar agama lainnya yang dirayakan secara meriah, Nyepi malah sebaliknya. Sepi dan sunyi.
Semua umat Hindu yang merayakannya harus mematuhi 4 brata penyepian yaitu Amati Gni yang artinya tidak boleh menyalakan segala jenis api atau cahaya, Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelanguan (tidak berpergian) dan Amati Lelungan (tidak boleh bersenang-senang).
Secara umum, perayaan Nyepi di Bali dimulai dari pukul 6 pagi hingga 6 pagi hari berikutnya. Pada jam ini, semua aktivitas di Bali dihentikan: penerbangan pesawat, kapal laut, angkutan darat umum maupun pribadi; kegiatan bermotor; bahkan semua penduduk baik local maupun turis tidak boleh keluar rumah atau hotel, namun masih diperbolehkan beraktivitas di dalam lingkungan rumah atau hotel.
Namun dibalik itu semua ada 6 fakta menarik yang perlu kita ketahui tentang hari raya Nyepi :
Total lebih dari 30 Milliar Rupiah biaya yang digunakan untuk membuat Ogoh-ogoh di seluruh Bali
Terdapat 5,0979 banjar di Bali, setiap banjar biasanya mengeluarkan biaya sekitar 6 juta rupiah untuk membuat patung Ogoh-ogoh.
Ogoh-ogoh sendiri adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala.
Pawai ogoh ogoh biasanya dilaksanakan satu hari sebelum hari raya nyepi, tujuannya adalah untuk mengusir para bhuta kala agar tidak menganggu dalam perayaan nyepi keesokan harinya, tak jarang pula pawai ogoh -ogoh diadakan lomba, sehingga akan meningkatkan semangat dan kreatifitas dalam membuat dan men-design ogoh – ogoh itu sendiri.
Hari Raya Nyepi mengurangi emisi gas karbon dioksida (CO2) hingga 30,000 ton dalam sehari.
Nyepi berkontribusi secara signifikan mengembalikan tingkat polusi di pulau Dewata ke batas normal, karena pada hari itu semua kendaraan tidak diperbolehkan berkeliaran di jalanan.
Bahkan Nyepi juga terbukti secarai lmiah mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 33%, menjadi 375 ppm dibandingkan 427 ppm ditingkat normal.
“The World Silent Day” yang dirayakan oleh seluruh penduduk dunia setiap tanggal 21 Maret ternyata terinspirasi dari Hari Raya Nyepi.
Dimensi ekologi dan pesan universal dari Hari Raya Nyepi mengilhami PBB dalam mencanangkan The World Silent Day yang mendorong semua orang tanpa membedakan ras, agama dan status social untuk diam sejenak, mematikan semua peralatan elektronik yang menggunakan listrik selama 4 jam dan berkontribusi secara aktif untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan lingkungan.
Menghemat penggunaan listrik sebesar 60% atau setara dengan 5 milliar rupiah
Selama perayaan Nyepi, masyarakat Bali dilarang menyalakan lampu. Kantor-kantor, pabrik dan bandara Ngurah Rai juga ditutup, kecuali tempat pelayanan umum seperti rumah sakit dan kantor polisi.
Menurut PLN Bali, pada hari Nyepi konsumsi listrik berkurang sebesar 290 mega watts atau setara Rp 5 milliar. Pada hari normal pulau Bali biasanya mengkonsumsi listrik sebesar 662 mega watt sehari.
Menghemat 1 juta liter bahan bakar solar atau setara Rp12 milliar.
Penghematan solar ini berkat pengistirahatan 2 pembangkit listrik di Bali disebabkan konsumsi listrik yang berkurang drastic selama Nyepi. Kedua pembangkit listrik yang diistirahatkan adalah PLTUG Pemaron yang bisa menghasilkan listrik sebesar 80 megawatts dan PLTG Gilimanuk, yang bisa menghasilkan listrik sebesar 130 megawatts.
Bila ditempat lain ciuman massal dianggap porno aksi, berbeda dengan di Bali.
Festival Omed-omedan merupakan salah satu warisan budaya di Bali yang masih dilestarikan sampai sekarang, biasanya diadakan sehari setelah perayaan Nyepi.
Dalam bahasa Bali, omed-omedan bermakna tarik-menarik. Proses Omed-omedan diawali dengan memisahkan pemuda dan pemudi menjadi dua kelompok. Kemudian satu persatu pasangan diarak dan saling berpelukan dan berciuman. Meski, rutin digelar, tidak sedikit peserta wanita tampak malu-malu. Sebaliknya peserta pria justru sangat antusias sehingga mengundang tawa penonton.
Penulis : Yopy Arnoldy
Editor : Harry Tanoso