Ternyata Lee Kuan Yew Berdarah Jawa

foto : AFP/Getty Images

Jakartakita.com – Lee Kuan Yew mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Umum Singapura pada Senin 23 Maret dini hari, setelah berjuang melawan pneumonia atau paru-paru basah dalam beberapa pekan terakhir.  Ia dimakamkan Minggu sore ini (29/3/2015) dengan upacara kebesaran yang dihadiri berbagai pemimpin dunia, termasuk Presiden Joko Widodo.

Tak banyak yang tahu kalau bapak bangsa Singapura itu berdarah Jawa.  Kakek nenek serta ayah mendiang pendiri Singapura Lee Kuan Yew merupakan orang Semarang, yang lalu merantau dan bermukim di Singapura.

Lee Kuan Yew dilahirkan di Kampong Java Road  pada 16 September 1923. Kampong Java Road atau Jalan Kampung Jawa adalah adalah salah satu kawasan di Singapura yang ditinggali warga keturunan Jawa. Lantas bagaimana orang Jawa bisa menjadi bagian dari Singapura?

Menurut sejarah, sejumlah orang Jawa didatangkan ke Singapura sejak 1825 . Mereka berasal dari Jawa Tengah, dan mereka dipekerjakan sebagai buruh di perkebunan karet, jalur kereta api dan konstruksi jalan raya. Kampong Jawa, di tepi sungai Rochor, adalah tempat pemukiman pertama orang Jawa di Singapura. Selain Kampong Jawa, Kallang Airport Estate dikenal sebagai tempat pemukiman orang Jawa juga. Di Kallang, mereka hidup berdampingan dengan orang Melayu dan Cina.

Menurut Lockard, orang Jawa di Kampong Jawa tumbuh dari 38 orang pada 1825 hingga 5.885 orang di tahun 1881. Puncak pendudukan orang Jawa adalah tahun 1931 dimana hampir 170.000 orang Jawa tinggal di Singapura. Selang 16 tahun, jumlah orang Jawa menurun drastis dari 169.311 pada 1931 hingga 24.715 pada 1947. Mirip dengan Suriname yang didiami banyak warga keturunan Jawa. Orang Jawa di Singapura juga masih banyak yang memegang teguh adat leluhurnya. Mereka masih bisa berbahasa jawa halus.

Menurut penuturan Lee Kuan Yew di dalam buku berjudul “The Singapore Story, Memoirs of Lee Kuan Yew”, ayah dan ibunya menikah dalam usia dini. Saat itu, ayahnya, Lee Chin Koon, berusia 20 tahun, dan ibunya, Chua Jum Neo, berusia 16 tahun.

Perkawinan keduanya diatur orangtua sejak setahun sebelumnya. Kakek dan nenek Lee Kuan Yew memiliki akar Jawa lebih kuat lagi.

Tahun 1899, Lee Hoon Leong (26) bertemu gadis bernama Ko Lien Nio (16) yang dijumpai dan dinikahi di Semarang, Jawa Tengah. Dari hasil pernikahan ini, lahirlah Lee Chin Koon (pada tahun 1903,) ayah dari Lee Kuan Yew. Suami istri Lee Hoon Leong dan Ko Lien Nio kemudian pindah ke Singapura, membawa Lee Chin Koon yang masih bayi.

Jongkie Tio, penulis buku Kota Semarang dalam Kenangan yang menceritakan tentang sejarah Kota Semarang dari abad ke-8 M hingga menjelang akhir tahun 1945, mengatakan jejak leluhur Lee Kuan Yew diduga berada di kawasan Jalan Pemuda, Semarang, tepatnya di Apotek “Noe-ma”.

“Ini cerita yang berkembang dari mulut ke mulut. Bahwa Apotek “Noe-ma” yang berada di Jalan Pemuda Semarang itu dulunya bekas rumah ayah dan kakek-nenek Lee Kuan Yew,” jelas Jongkie Tio, seperti dimuat BBC Indonesia, Minggu (29/3/2015).

Namun kisah leluhur Lee Kuan Yew pun masih buram. Karena belum ada penelitian mendalam tentang itu.

Apotek Noe-ma yang disebutkan Jongkie Tio berada di jalan Pemuda (dahulu Bod Jong), sayangnya sudah tidak berbekas. Bangunan putih berpagar besi warna hijau dengan nomor 57A itu sudah tak menunjukkan kaitan dengan masa lalu, karena bangunannya tergolong baru, bukan lagi bangunan tua. Meskipun di sebelahnya masih berjejer sejumlah bangunan asli masa lalu yang belum berubah kepemilikan, seperti toko alat tulis Nam Bie, Toko Phoenix. Namun sayangnya mereka pun tak tahu menahu tentang sejarah leluhur Lee Kuan Yew yang pernah menempati Apotek Noe-ma.

Jejak leluhur  Lee Kuan Yew, seakan tersimpan rapat-rapat.

Kampung JawaLee Kuan Yewsingapore
Comments (0)
Add Comment