Menurut Romo Stefanus Mau, Pr setelah memimpin Perayaan Ekaristi Minggu Palem, di Stasi St Hendrikus Binilaka, Paroki St Yoseph Pekerja Penfui, Kupang, Minggu Palma tidak hanya mengenang peristiwa masuknya Yesus ke kota Yerusalem melainkan juga mengenang akan kesengsaraan Yesus yang akan dirayakan pada pekan suci yaitu Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Alleluya dan Minggu Paskah.
Karena itu, katanya Minggu Palma juga disebut sebagai Minggu Sengsara. Dan dalam tradisi peribadahan gereja, pada perayaan Minggu Palma ini, seluruh umat Katolik yang misa di gereja membawa daun palma. Sementara salib Yesus yang ada di atas altar dibalut kain berwarna ungu.
Setelah umat melakukan prosesi daun palem yaitu dengan melambai-lambaikan daun palem, dilanjutkan dengan pembacaan kisah-kisah sengsara Yesus yang diambil dari Injil yang dibacakan oleh petugas.
Sementara untuk satu minggu ke depan, Gereja Katolik Santa Teresia akan menggelar misa Tri Hari Suci yaitu Kamis Putih, Jumat Agung, dan Sabtu Paskah. Masing-masing hari memiliki makna tersendiri, yang merupakan urutan proses perjamuan terakhir, penyaliban, dan kebangkitan Yesus.
Pembacaan kisah sengsara Yesus dalam liturgi Minggu Palma dimaksudkan agar umat mengerti bahwa kemuliaan Yesus bukan hanya terletak pada kejayaan-Nya memasuki Yerusalem melainkan pada peristiwa kematian-Nya di kayu salib.
Pada pekan suci ini umat Kristen diperintahkan untuk berpantang anggur dan daging selama hari-hari ini, sementara pada hari Jumat dan Sabtunya mereka berpuasa penuh.