Jakartakita.com – Rencananya, pada tanggal 2 April 2015, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) akan meninjau langsung lokasi pembangunan Pelabuhan Cilamaya, di Karawang, Jawa Barat.
Namun demikian, hingga saat ini proyek peninggalan masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut, masih menimbulkan berbagai macam polemik.
Pasalnya, di lokasi tempat pembangun pelabuhan tersebut, terdapat kilang minyak dan gas milik Pertamina yang telah beroperasi sejak 1971.
Dalam sebuah diskusi di Hotel Pullman, Jakarta, Selasa (31/3/2015), Direktur Operasi & Produksi PHE Pertamina, Bambang Kardono, mengatakan setidaknya ada tiga dampak negatif bila proyek pembangunan pelabuhan tersebut tetap dilaksanakan. Padahal, lokasi pelabuhan sudah digeser sejauh 3 kilometer.
Pertama, pasokan gas ke PT PLN akan berhenti selama masa konstruksi pelabuhan. Diperkirakan, pasokan gas ke pembangkit listrik akan berhenti paling tidak selama empat tahun. Artinya, Jabodetabek terancam padam listriknya selama periode tersebut.
“Pasokan kami untuk gas PLN Tanjung Priok dan Muara Karang itu untuk suplai Jabodetabek,” katanya.
Selain PLN, pasokan 60 juta kaki kubik pupuk pabrik PT Pupuk Kujang juga akan terhenti. “Lalu bahan bakar Rifinery VI Balongan terganggu. Artinya produksi BBM di Balongan ini terganggu karena pipa-pipanya harus dipotong,” jelasnya.
Kedua, fasilitas dan aset Pertamina di kilang migas Cilamaya harus dipindahkan dan bahkan ditutup. Pasalnya, pipa tersebut terlalu berdekatan dengan alur pelayaran pelabuhan tersebut. “Kalau large container ship apabila menyenggol anjungan kami, dampaknya luar biasa. Bisa meledak dan terjadi pencemaran lingkungan,” katanya.
Terakhir, atau dampak yang ketiga, dia menyebut potensi kekayaan energi yang belum dieksplorasi dan dieksploitasi akan hilang karena pembangunan pelabuhan tersebut. Menurut dia, di daerah tersebut cukup banyak potensi gas alam.
“Berdasarkan hasil studi kami, banyak sumber-sumber energi yang belum dieksplorasi dan eksploitasi. Future eksplorasi dan eksploitasi menjadi tidak bisa dikembangkan,” tukasnya.
Ditempat terpisah, Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, dari sisi industri, Pelabuhan Cilamaya akan sangat membantu, karena akan menjadi pelabuhan alternatif.
“Kalau Pelabuhan Cilamaya berdiri, maka industri di sekitar Jawa Barat, terutama di Bekasi, Karawang, Cikampek, Purwakarta itu akan tumbuh dengan pesat. Itu menurut saya dampak dari sisi industri,” ucap Saleh, Selasa (31/3/2015).
Namun, dia juga mengatakan, tidak bisa menutup mata akan adanya permasalahan di sektor migas, lantaran pembangunan pelabuhan tersebut. Untuk itu, dia mengatakan Kementerian Perhubungan harus mengkaji secara mendalam.
“Kan ada komplain dari Pertamina, ya kita serahkan kepada mereka yang lebih ahli. Kan ada tim dari JICA, apakah dengan bangun di situ mengganggu produksi atau tidak, mereka bisa kasih alasan secara ilmiah. Itu ranah pak Jonan (Menhub). Kalau saya masuk di situ, nanti dipikir ikut campur,” tandasnya.