Jakartakita.com- Bagi Anda penggemar musik jazz, pasti tidak asing lagi dengan Syaharani. Musisi wanita kelahiran Batu, Malang, Jawa Timur, pada tanggal 27 Juli 1971 yang memiliki nama lengkap Saira Syaharani Ibrahim ini memang salah satu srikandi jazz Indonesia.
Sebenarnya perkenalan penyanyi, penulis lagu dan produser yang akrab dipanggil Rani ini para musisi jazz senior juga tanpa sengaja. Putri dari pasangan Hasan Ali Ibrahim dan Elly Zapantis ini sejak kecil memang telah gemar menyanyi. Hanya saja kegemarannya itu baru mulai digeluti secara serius pada masa kuliah, yaitu di kampus atapun di pub pada tahun 1990. Pertama kali ‘nge-jazz’ bareng Todung Panjaitan, Gilang Ramadhan, Donny Suhendra, dan Matez.
Perkenalannya dengan Bubi Chen membuat Rani merasa yakin bahwa jazz adalah jalan hidupnya. Bermodalkan suara emasnya, Rani memberanikan diri untuk bergabung bersama Bubi Chen, Benny Likumahuwa, Cendi Luntungan, Oele Pattiselanno, dan Sutrisno pada akhir 1998 yang kemudian menelurkan album jazz “What a Wonderful World”.
Di kemudian hari, Rani yang kini lebih dikenal dengan grup ESQI:EF (Queenfireworks) eksistensinya di dunia jazz semakin diakui masyarakat. Ia pun pernah ‘nge-jazz’ bareng musisi jazz kenamaan dunia seperti; Al Jarreau, Dave Koz, Keith Martin dan lain-lain. Dirinya pun tak pernah absen dalam setiap pertunjukan jazz bergengsi.
Tahun 2014 lalu, Rani baru saja merilis album ketiga yang berjudul “Selalu ada cinta”. Album Syaharani dan Queenfireworks ini digarap bersama Donny Suhendra, dan Didit Saad.
Salah satu lagu andalannya yang berjudul “Selalu Ada Cinta” adalah hasil gubahan Rani dibantu oleh Donny Suhendra. Lagunya bercerita tentang ungkapan rasa syukur Rani atas hidup yang penuh cinta ini. Dalam lagunya, Rani seakan ingin mengingatkan bahwa setiap orang diciptakan berbeda namun saling melengkapi. Cintalah yang mempersatukan segalanya.
Kecintaan Rani pada secangkir kopi khususnya Kopi Osing khas Banyuwangi, mengilhaminya membuat single berjudul “Morning Coffee”. Single ini pula yang membuat ESQI:EF didapuk untuk mempromosikan Banyuwangi lewat video musik “Discover Banyuwangi”.
Menurut Rani, perkembangan musik di Indonesia sangat luar biasa. Semakin hari, industri musik Indonesia disesaki oleh para musisi yang secara skill dan konsep performance cukup ‘mumpuni’. Salah satu aksi konkrit untuk mendukung musik Indonesia, terutama jazz dengan menonton konser dan membeli CD asli supaya musisinya dapat berkembang dari hasil karyanya dalam jangka panjang.
Saat ini Rani tengah sibuk mempersiapkan proyek musik, namun dirinya masih enggan untuk membocorkannya.
“Akan saya kabari kalau sudah fix…”, ujar Rani.
Sepanjang 15 tahun perjalanan karirnya dalam bermusik jazz. Rani pernah mengalami sejumlah pengalaman membanggakan yang selalu diingatnya, antara lain; pengalaman waktu dirinya ikut berpartisipasi dalam North Sea Jazz Festival 2001, juga saat album keduanya “Anytime” meraih penghargaan best jazz/band/vocal terbaik dari AMI Awards pada 2011.
Kenangan kala event Ngayogjazz 3 dan 4 juga tak bisa dilupakan. Saat itu hujan turun dengan derasnya namun penonton tak bergeming untuk berteduh demi menikmati penampilan Syaharani dan Queenfireworks. Rani pun mengaku menangis sejadi-jadinya karena haru setelah konser.
Rani boleh dibilang sudah sukses menjadi salah satu pentolan jazz Indonesia. Namun, Rani menganggap kesuksesan sejati adalah memiliki ketangguhan untuk selalu mendekatkan diri pada keseimbangan. Inti dari menjalani kehidupan bukan hanya karir tetapi juga keimanan dan memaksimalkan kepekaan segenap indera yang dimiliki manusia.
Lebih lanjut, Rani menambahkan pengertian sukses itu kalau mati dalam keadaan khusnul khatimah.
“Emansipasi wanita adalah bagian dari pengejawantahan penting dari hak asasi manusia sebagai seorang wanita. Tiap negara perlu melindungi , memperjuangkan hak dan kewajiban wanita. Untuk kebaikan generasi di masa depan” – Syaharani
Di waktu luang, Rani lebih suka menghabiskan waktu dengan travelling, hiking, bersepeda, berenang, membaca buku atau menulis puisi. Kongkow bareng teman juga jadi aktivitas seru mengisi waktu luang. Tak harus kongkow dengan teman sesama artis. Rani yang dikenal ramah pada semua orang ternyata juga sering nongkrong bareng satpam kompleknya sambil ‘gitaran’.
Wanita berbintang Leo ini mengaku tak punya warna kesukaan. Bukan karena ia tidak suka warna-warni cantik. Tetapi lebih karena ia tak sampai hati menganak-tirikan warna-warna karena satu warna kesukaan. Karena baginya semua warna indah dan saling melengkapi.
Bagi Rani, hal yang paling berharga di dunia ini adalah keluarga dan persahabatan. Tanpa keduanya, dunia serasa hampa. Rani pun mengatakan kalau kesehatan dan bakat lebih berharga dari karir ataupun harta.
Saat ditanya apa arti emansipasi wanita. Rani yang sangat mengidolakan sang ibunda sebagai sosok yang sederhana, kuat, tabah dan penuh cinta, menjawab, “emansipasi wanita adalah bagian dari pengejawantahan penting dari hak asasi manusia sebagai seorang wanita. Tiap negara perlu melindungi , memperjuangkan hak dan kewajiban wanita. Untuk kebaikan generasi di masa depan”.
Di akhir perbincangan Syaharani dan jakartakita.com, dia menyampaikan harapannya bila suatu hari nanti industri musik di Indonesia bisa tertata, senimannya terlindungi.
Sebuah mimpi kecil sang srikandi jazz. Syaharani ingin menggelar ‘secret concert’ di alam terbuka. Dimana semua orang bisa menikmati jazz seperti mereka menikmati hidup yang penuh cinta. Karena ‘Selalu ada Cinta’ dalam hidup seberat apapun.
Cheers!