Dunia jurnalistik diakui Herra sudah disukainya sejak lama. Tepatnya sejak delapan tahun lalu. Saat itu Hera yang baru saja mendapat gelar Sarjana Teknik diterima bekerja sebagai wartawan di Metro TV.
Hera tidak pernah menduga kalau akhirnya takdir justru membawa jebolan Fakultas Teknik Industri Universitas Sumatera Utara (USU) ini ke bidang yang sama sekali baru. Bahkan menjadi wartawan tak pernah sekalipun melintas di benaknya sebelumnya.
Tak butuh waktu lama bagi Hera untuk menikmati profesi barunya. Hera pun jadi ketagihan memburu berita. Apalagi saat itu Hera didapuk menjadi wartawan investigasi yang cukup riskan dilakoni oleh seorang wanita. Namun, Hera berhasil membuktikan bahwa menjadi wartawan investigasi bukan hanya monopoli kaum pria.
Sejumlah narasumber yang merupakan pelaku kasus-kasus besar pun berhasil diwawancarai wanita berbintang Pisces ini. Arthalita, mantan pasukan Jamaah Islamiyah di Afghanistan dan Moro, serta Hasan Tiro sang pemimpin Gerakan Aceh Merdeka (GAM) adalah sebagian dari sekian banyak orang besar yang pernah menjadi narasumbernya dahulu saat menjadi wartawan investigasi.
Namun rupanya kerinduannya kepada dunia jurnalistik, memanggil Hera untuk keluar dari persembunyiannya. Hera pun kembali unjuk gigi. Setelah sempat menjadi presenter di TVRI, Hera pun menjajal peruntungannya menjadi presenter ekonomi di Bloomberg TV.
Meski bidang ekonomi termasuk asing bagi Hera. Namun, Hera berkeinginan kuat untuk belajar. Bekal berpikir taktis saat berkuliah di Fakultas Teknik Industri, membuat Hera terbiasa menelaah setumpuk data ekonomi untuk dipresentasikan ke penonton.
Meski kini Bloomberg TV bukanlah TV yang disiarkan secara nasional. Namun, Hera punya mimpi suatu hari nanti masyarakat Indonesia semakin peduli dengan isu ekonomi. Tidak lagi masa bodoh bila misalkan Bank Indonesia menaikkan suku bunga.
Kesibukannya sebagai presenter TV dan wartawan, tidak membuat Hera melupakan kodratnya sebagai ibu sekaligus istri. Sesibuk apapun, Hera pasti menyempatkan untuk mengajari Bianca banyak hal, walaupun hanya sekedar membacakan cerita.
Di waktu luang, penggemar warna merah marun dan emas ini lebih senang menghabiskan waktu dengan keluarga. Jalan-jalan, makan bareng atau sekedar berkebun di halaman rumahnya. Di halaman rumahnya yang tidak luas, Hera dengan bantuan si kecil Bianca dan sang suami, menanaminya dengan bebungaan dan tanaman herbal seperti jahe, kunyit, dan lain sebagainya.
“Aku ingin mengajarkan Bianca tentang filosofi hidup lewat berkebun. Dengan berkebun, Bianca tahu persis bahwa benih akan bertumbuh menjadi besar apabila dipupuk dan disirami. Bianca pun menikmati aktifitas berkebunnya.”
Bagi Hera, berkecimpung di dunia jurnalistik adalah passion-nya. Walau begitu, Hera tidak menyesali masa kuliahnya di teknik industri. Banyak hikmah yang didapatkannya selama berkuliah.
Saat ditanya apa arti emansipasi wanita. Hera yang mengidolakan sang ibunda, menjawab bahwa dirinya mendukung wanita untuk maju asal tidak melupakan kodratnya sebagai seorang ibu dan istri. Wanita hebat menurut dia adalah mereka yang bisa menyeimbangkan antara ambisi pribadi dan kodratnya sebagai wanita.
Hera mengaku dirinya belum sukses. Karena definisi sukses menurut Hera adalah tak hanya sukses secara materi namun sukses secara spiritual, mampu berbagi banyak hal positif kepada masyarakat.
Bagi Hera, hal yang paling berharga di dalam hidup adalah ‘trust’ (kepercayaan) dan ‘healthiness’ (kesehatan). Tanpa keduanya menurut Hera hidup tiada artinya. Makanya, Hera berupaya keras untuk menjaga kepercayaan orang. Sekali seseorang kehilangan kepercayaan orang maka akan sulit baginya untuk meraihnya kembali.
Begitupun dengan kesehatan. Sesibuk apapun aktifitasnya, Hera selalu berupaya menjaga kebugaran tubuh dengan rutin berolahraga dan menjaga pola makan. Apalagi kesibukannya sebagai seorang presenter TV, sekaligus sebagai ibu dan istri mengharuskannya untuk tetap sehat.
Salah satu pengalaman paling berharga sepanjang karirnya menjadi wartawan adalah saat mewawancarai Tony Fernandez. Menurut Hera, orang nomor satu maskapai penerbangan Air Asia itu sangat menginspirasi. Walaupun menjadi orang hebat, namun Tony sangat bersikap low profile, tidak ‘bossy’ seperti kebanyakan orang-orang kaya.
Satu keinginan Hera yang belum tercapai adalah ingin melanjutkan sekolah di luar negeri. Menurutnya, dengan bersekolah di lingkungan yang lebih universal dapat membuka cakrawalanya sebagai bagian dari global citizenship.