Radio Cawang, Teknologi yang Terbungkus Mahakarya Seni

foto: jakartakita.com

Jakartakita.com – Pameran kerajinan tangan terbesar di Indonesia, Inacraft 2015 telah berakhir. Pameran tahunan yang dihelat di Jakarta Convention Center (JCC) sejak tanggal 8 April 2015 lalu, berahir hari ini, Minggu (12/4/2015).

Dari sekian banyak produk unik yang dipamerkan di Inacraft 2015, ada produk bernama ‘Radio Cawang’. Sekilas mirip radio transistor jadul, namun tampilannya lebih rupawan dan terkesan sangat artistik. Selidik punya selidik, ternyata Radio Cawang bukanlah pemain baru di industri radio transistor. Bahkan, Radio Cawang inilah yang merupakan cikal-bakal radio transistor nasional pertama di Indonesia.

Meski memakai nama Cawang, salah satu kawasan terkenal di Jakarta. Sebenarnya nama Radio Cawang tidak merujuk ada nama kawan itu. Melainkan kata Cawang ini merupakan kependekan dari “Cari Uang”.

Radio Transistor Cawang merupakan awal mula kebangkitan produk radio transistor di Indonesia. Berawal dari semangat nasionalisme Alm. Drs. H. Thayeb Mohammad Gobel, sang pelopor hadirnya radio transistor di Indonesia, yang menginginkan adanya alat komunikasi baru untuk menciptakan integrasi bangsa di awal kemerdekaan.

Atas prakarsa beliau pada tahun 1950 an didirikanlah PT. Transistor Radio Manufacturing co. di kawasan Cawang, Jakarta. Timur . PT inilah yang memproduksi radio transistor Cawang. Pada saat itu radio transistor merupakan revolusi modern dari radio yang telah beredar sebelumya, yaitu masih menggunakan tabung hampa.

Konon, dalam suatu kesempatan Presiden Soekarno bertanya kepada Thayeb Gobel, “Mengapa memilih usaha radio transistor?” Jawabnya, “Supaya pidato Bapak dapat sampai kepada orang-orang di desa, di tempat yang jauh terpencil, di kaki gunung, di pulau-pulau, meskipun di tempat-tempat tersebut belum ada listrik, Pak”. Sekitar satu juta unit radio transistor “Transistor” dan “Tjawang” berhasil diproduksi dan dipasarkan dalam kurun waktu 1956-1964.

Keberadaan radio transistor yang dioperasikan dengan baterai ini membawa perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia yang terpencar di berbagai pulau, dengan kondisi pada waktu itu dimana fasilitas listrik masih belum merata dan infrastruktur perhubungan masih sangat terbatas. Radio transistor ini dapat menangkap siaran pemerintah dari seluruh pelosok Indonesia, sehingga dapat menjadi alat untuk mempererat persatuan dan kesatuan bangsa.

foto: istimewa

Pada tahun 1970 Merk Cawang digantikan dengan merk baru yakni National, yang merupakan kerjasama antara PT. National Gobel (dibentuk oleh Thayeb M. Gobel dan rekan-rekannya pada 27 Juli 1970) dengan matsuhita electric industrial.co. ltd dari jepang. dan sekarang berubah nama menjadi Panasonic, merk yang sudah tidak asing lagi kiprahnya di industri elektronik masa kini.

Hingga kini produksi radio transistor di PT.Panasonic Manufacturing Indonesia masih terus berjalan bahkan terus berkembang. Pada 2008 bekerjasama dengan PT. Kriya Nusantara, dimulai riset untuk menghadirkan “Cawang-Art Radio”, suatu produk kreatif berbasis elektronika dan budaya, yang seluruh desainnya mengadopsi kekayaan ragam hias Nusantara sebagai nilai tambah terpenting pada produk tersebut. Setelah melalui masa riset, pada 2013  “Cawang-Art Radio” pun akhirnya diluncurkan, sebagai ikon produk nasional yang memiliki nilai ekonomis yang patut diperhitungkan.

Di tangan Kriya Nusantara, Radio Cawang kembali hadir dengan ide baru. Memadukan kreatifitas dan inovasi produk lokal yang didukung teknologi Jepang (Panasonic) menghasilkan sebuah karya seni luar biasa, New Retro Style Radial. Makanya tak heran kalau radio yang terbungkus mahakarya seni ini dibanderol dengan harga yang tidak murah. Untuk sebuah Cawang Art Radio harganya di atas 1 juta Rupiah.

Maklum, Radio Cawang ini bukan sekedar radio. Sepenggal kisah karya anak bangsa yang kini hampir terlupakan keberadaannya ini ternyata kehadirannya mampu membangkitkan nostalgia tempo doeloe di ruang anda
Panasonicradio cawangRahmat Gobel
Comments (0)
Add Comment