“Jika dikaitkan dengan besarnya kebutuhan infrastruktur, maka mau tidak mau harus ada dorongan yang lebih besar agar sukuk bisa memainkan peranan yang lebih besar. Karena, sukuk secara alamiah adalah instrumen paling tepat untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur, karena sifatnya project financing, dan underlying-nya proyek itu sendiri,” jelas Bambang saat memberikan sambutan dalam Seminar Nasional “Integrasi Keuangan Syariah Menuju Stabilitas Keuangan dan Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan” di Aula Djuanda, Kemenkeu pada Selasa (14/4/2015).
Menurut Bambang, hal ini dapat menjadi langkah awal bagi keuangan syariah untuk dapat berkontribusi dalam pembangunan Indonesia yang berkelanjutan. “Kalau kita bisa dorong sukuk sebagai pembiayaan proyek yang utama, dengan dukungan investor yang cukup, maka saya yakin harusnya tidak lagi ada isu dalam sumber pembiayaan infrastruktur. Karena sukuk secara alamiah dan regulasi sangat dimungkinkan,” terangnya.
Sukuk ritel juga memberikan ruang bagi investor kecil, dalam hal ini masyarakat umum, untuk dapat berinvestasi. Melalui sukuk ritel, pemerataan kesempatan berinvestasi berarti pula pemerataan pendapatan bagi masyarakat.
“Kita sudah punya sukuk ritel, karena sukuk ritel memberi kesempatan pada investor kecil untuk bisa menikmati manfaat dari sukuk ritel tersebut. Dalam konteks pembangunan, kita melakukan pemerataan kesempatan berinvestasi, sekaligus juga pemerataan pendapatan masyarakat,” jelasnya.
Dari kelebihan tersebut, instrumen keuangan syariah memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Namun, tak lupa, kedepannya harus terus dilakukan perbaikan dan kinerja sukuk itu sendiri. “Kita harus terus memperbaiki diri, dan perbaiki kinerja dari sukuk itu sehingga memberikan manfaat yang lebih besar,” tutur Bambang.
Bambang juga menaruh harapan bahwa sukuk dapat berkembang seperti layaknya pembiayaan konvensional. “Di belahan dunia lain, pengembangan sektor konvensional banyak digunakan untuk projek, mestinya sukuk juga bisa dilakukan untuk itu. Paling tidak dari itu, sukuk sudah menjadi istilah yang common didengar orang,” pungkasnya.