Infrastruktur pelabuhan yang memadai untuk perpindahan barang ke jalan, rel, dan moda air pedalaman akan menarik pengguna jasa untuk menggunakannya sebagai alat distribusi logistik berbiaya rendah.
Tentunya agar bisa tercapai diperlukan kesiapan pelabuhan dan pengatur pelayaran serta penataan kendaraan pengangkut barang. Dengan demikian, kepadatan truk pengangkut di pelabuhan bisa dikurangi, sehingga bisa menghasilkan pergerakan barang yang efisien.
Baru-baru ini Terminal Teluk Lamong dengan investasi Rp 3,4 triliun diresmikan oleh PT Pelindo III. Pengoperasian Terminal Teluk Lamong akan terintegrasi dengan transportasi kereta, sejalan dengan telah selesainya pembangunan jalur ganda rel kereta api Surabaya – Jakarta. Harapan dari pembangunan terminal ini adalah dapat memindahkan 30 persen beban logistik dari jalan darat ke rel kereta api.
Harapan tersebut tentu sesuai dengan mimpi besar pembangunan tol laut, bisa menurunkan biaya logistik nasional yang masih relatif tinggi dibandingkan negara lain. Selain itu, dibukanya jalur tol laut ini sebenarnya juga sebagai persiapan berlakunya MEA 2015.
PPM Manajemen tergerak untuk menelaah fenomena ini, sebuah diskusi terkait Pengintegrasian Moda Transportasi untuk Mempercepat Pengiriman Barang pada 29 April 2015 mendatang digelar di Gramedia Expo, Surabaya. Diskusi akan melibatkan beberapa narasumber penting dan para pelaku di industri kemaritiman, sehingga materi bahasan ini memberikan manfaat bagi para pemangku kepentingan.
Mereka antara lain Gubernur Jawa Timur Soekarwo, CEO PT Pelindo III Djarwo Surjanto, CEO PT Kelola Mina Laut Mohamad Nadjikh, CEO PT Kamadjaja Logistics Ivan Kamadjaja, Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Jawa Timur Hengky Pratoko, dan Direktur Utama PT Kereta Api Logistik Budi Noviantoro.
Gelaran ini merupakan pembibitan untuk sebuah hasil panen berupa Konferensi Nasional Bisnis Maritim pada 26-27 Agustus 2015 mendatang di Jakarta. Selain itu juga merupakan aksi nyata kontribusi PPM Manajemen yang tahun ini menapaki usia 48 tahun, dalam merespon kegalauan yang menerpa bisnis maritim.