Jakartakita.com – Yuri Octavian Thamrin, Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri, mengatakan, peserta Konferensi Asia Afrika (KAA) sepakat untuk memilih Bandung sebagai Ibu Kota Asia dan Afrika, karena memiliki sejarah panjang dalam menginspirasi negara-negara di kedua benua tersebut dalam memperoleh kemerdekaan.
Penetapan Bandung sebagai Ibu Kota Asia dan Afrika akan menjadi salah satu hasil dari KAA.
“Pada perayaan puncak KAA, akan ada pernyataan yang menyebut Bandung sebagai ibu kota simbolis dari Asia dan Afrika,” kata Yuri, di JCC, Jakarta, Kamis (23/4/2015).
Dijelaskan, penyelenggaraan KAA untuk pertama kalinya di Bandung pada tahun 1955 lalu, dianggap menjadi titik balik dari perjuangan negara-negara di kedua benua tersebut memperjuangkan keadilan dan kesetaraan dengan negara lain.
Hingga kini, Dasa Sila Bandung masih dianggap relevan dalam menjawab berbagai persoalan yang terjadi di dua benua tersebut. Prinsip yang dicetuskan di Bandung pada tahun 1955 itu menjadi landasan bagi negara-negara Asia dan Afrika untuk memperkuat kerja sama di berbagai bidang.
Juga dikatakan, Pemerintah Indonesia akan menetapkan 24 April sebagai hari Asia Afrika untuk memperingati solidaritas kedua kawasan itu. Peringatan tersebut diharapkan mampu mengingatkan semua pihak untuk terus merealisasikan komitmennya di KAA.
Selain itu, keberadaan Bandung yang menjadi Kota Hak Asasi Manusia (HAM) juga akan secara khusus tertulis dalam salah satu dokumen hasil KAA. “Akan ada satu paragraph khusus yang mengapresiasi Bandung sebagai Kota HAM dalam dokumen hasil KAA,” ucapnya.