Ketua Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII) Rudi Lumanto memaparkan dalam seminar Virtus Security di Jakarta, Kamis (30/4/2015), Indonesia adalah negara asal peretas terbanyak di dunia.
Indonesia menempati urutan pertama dengan presentase 38 persen, mengungguli Tiongkok yang hanya 33 persen, disusul Amerika Serikat 6,9 persen, Taiwan 2,5 persen, Turki 2,4 persen, India 2 persen, dan Rusia 1,7 persen.
Serangan tersebut kebanyakan diakibatkan oleh adanya aktivitas malware sebanyak 12.007.808 insiden. Serangan akibat adanya celah keamanan sebanyak 24.168 kasus, kebocoran rekam jejak atau “record leakage” 5.970 kasus.
Serangan melalui password harvesting atau phising sebanyak 1.730 kasus. Selain itu, serangan juga diakibatkan adanya kebocoran domain sebanyak 215 kasus.
Sementara itu, pakar teknologi informasi sekaligus Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Informatika dan Ilmu Komputer Richardus Eko Indrajit seperti dilansir dari Antara mengatakan, banyaknya pembobol di Indonesia karena kurangnya kontrol dari pemerintah, salah satunya banyaknya panduan tutorial cara menjadi peretas yang bisa dijumpai bebas di toko buku.Selain itu, kecenderungan di Tanah Air, maraknya peretas di Indonesia tak lepas dari kian kritisnya anak muda Indonesia.