Jakartakita.com – Joko Kundaryo, Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan (KUMKMP) DKI Jakarta mengatakan, pusat jajanan kuliner ‘Lenggang Jakarta’ di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat akan menjadi proyek percontohan penataan pedagang kaki lima (PKL).
Ditempat ini, transaksi pembayaran sepenuhnya dilakukan dengan sistem non cash melalui kartu e-money yang dapat dibeli pembeli di lokasi.
“Jadi pembeli semua belanja pakai kartu, Masing-masing pedagang sudah punya mesin EDC di kasir. Nanti kartu e-money tinggal digesek (swipe),” jelas Joko, baru-baru ini di Balai Kota Jakarta.
Dijelaskan, pedagang kuliner di ‘Lenggang Jakarta’ ini sebelumnya telah diberikan training atau pelatihan memasak sejak Januari 2015 dari dua koki handal. Tak hanya pelatihan memasak, eks pedagang pasar Ikatan Restoran dan Taman Indonesia (IRTI) Monas itu juga diajarkan cara menyapa tamu, mengatur keuangan, sanitasi, higienis, hingga cara berwirausaha.
Rencananya, total pedagang yang berjualan di Lenggang Jakarta sebanyak 329 orang meliputi pedagang kuliner, aksesoris, dan suvenir. Para pedagang kuliner di food court ini menyajikan 52 menu masakan Nusantara seperti bakso, gado-gado, batagor, dan lain sebagainya.
“Harga makanannya pun bervariasi, mulai Rp 15.000 hingga Rp 40.000 per porsi,” terangnya.
‘Lenggang Jakarta’ beroperasi dari pukul 10.00-18.00 WIB pada hari biasa mengikuti jam buka Taman Monas. Nantinya, kios usaha para PKL tersebut akan beroperasi dari pukul 06.00-23.00 WIB pada hari biasa, dan buka 24 jam dari Sabtu sore hingga Minggu pagi.
“Pada 17 April 2015 lalu kita sudah trial operation. Launching-nya awal Juni, nunggu jadwal dari Pak Gubernur. Karena beliau yang akan meresmikan,” tandas Joko.