Nikmati Sensasi ‘Ngapak’ di Kedai Wong Tegal

foto : jakartakita.com

Jakartakita.com – Rasa-rasanya siapa pun akan sepakat jika rumah menjadi tempat paling nyaman untuk tinggal. Makanya, tak heran orang Barat punya ungkapan untuk hal tersebut, dengan sebutan home sweet home, tiada tempat yang senyaman rumah (sendiri).

Dalam konteks ini, terkadang warga Jakarta yang sebagian besarnya merupakan warga pendatang (kaum urban), tentu merindukan suasana ‘rumah’ yang mewakili kampung halamannya.

Dan jika kita berbicara tentang rumah, tentu tak akan jauh-jauh dari perkara dapur, yaitu soal masakan dan makanan (kuliner).

Nah, di dunia kuliner, bisa dibilang, Jakarta merupakan ‘rumah’-nya dari semua tempat makan atau restoran yang menyajikan menu masakan khas daerah-daerah di Indonesia.

Sebagai bukti, kita sebagai warga Jakarta tentu dengan mudah menemukan restoran Padang di setiap perapatan jalan, walau kini mulai diganti dengan toko mini market 24 jam ber-franchise.

Selain itu, banyak juga restoran, kedai atau warung-warung makan di pinggir jalan yang menjual menu masakan khas daerah lain seperti soto (yang kemudian diikuti nama daerah, semisal; soto Madura, soto Betawi, soto Kudus, soto Lamongan dan lain sebagainya) atau menu masakan lainnya, semisal nasi lengko, nasi bogana, nasi goreng, nasi (sego) kucing, nasi uduk dan lain sebagainya. Begitupun dengan menu mie yang beragam rupa nama dan jenisnya seperti mie Bangka, mie Aceh dan lain sebagainya.

Tentu saja, restoran, kedai atau warung-warung makan yang menyajikan menu masakan khas daerah tersebut, menjadi incaran kaum urban Jakarta, untuk ‘mengobati’ rasa kangen mereka akan kampung halamannya. Ya, minimal bisa mewakili ‘rasa’ dan suasana seperti berada di rumah (kampung halaman) sendiri. Selain juga sebagai sarana bersosialisasi antara sesama warga asli daerah.

Dalam hal ini, keberadaan kedai atau warung makan ‘Wong Tegal’ memiliki maksud dan tujuan seperti yang disebutkan diatas. Selain tentu saja, untuk memenuhi sensasi rasa dan kenikmatan sejati dari kuliner khas daerah Tegal.

Demikian diungkapkan Law Cin Beng, lelaki berumur 70-an tahun kelahiran Tegal, disela-sela kesibukannya melayani para tamu/pelanggannya yang hampir memenuhi belasan kursi di warungnya dibilangan jalan Tanjung Duren, Jakarta Barat, Rabu (13/5/2015) malam.

“Warung Makan ‘Wong Tegal’ ini sudah 9 tahun berdiri. Kebanyakan pelanggannya adalah warga Tegal yang tinggal di Jakarta,” jelas Cin Beng kepada Jakartakita.com.

Wong Tegal menyajikan menu favorit para pelanggan yaitu; sate kambing balibul (dari daging kambing muda yang baru lima bulan), nasi bogana dan nasi lengko.

Singgah di warung ini, Jakartakita.com berasa seperti berada di Tegal. Para pengunjung ramai berbicara dalam bahasa daerah khas Tegal yang ngapak. Suara tawa dan canda menemani hangatnya obrolan akrab para pengunjung yang sebagian besar datang bersama keluarga.

“Kalau malam ya begini, selalu ramai. Yang datang keluarga-keluarga yang salah satu orang tuanya asalnya dari Tegal. Mereka umumnya menetap di Jakarta sudah lama,” sambungnya lagi.

Selain menawarkan suasana khas kota Tegal dengan sensasi Teh Poci-nya, Wong Tegal juga terkenal dengan rasa masakannya yang mak nyuss di lidah/mulut. Bahkan, satenya yang terasa lembut di mulut, didatangkan langsung dari Tegal.

“Kadang 2-3 kali dalam seminggu daging kambingnya dikirim dari Tegal. Tergantung juga, kalau ada pesanan sampai 1000 tusuk sate, bisa seminggu 3 kali kita minta dikirim daging kambing dari Tegal,” ucap Cin Beng.

Harga yang terjangkau juga menjadi poin plus lainnya dari Wong Tegal yang buka mulai jam 9 pagi sampai jam 9 malam.

Anda tertarik untuk mencobanya?

 

 

kedaikulinernasi bogananasi lengkoRestoranrumah makansate batibulwong tegal
Comments (0)
Add Comment