Jakartakita.com – PT Fast Food Indonesia Tbk, pemegang hak waralaba tunggal dari merek restoran cepat saji KFC dikabarkan akan menaikkan harga dari ayam goreng dan juga produk makanan dan minumannya. Pasalnya biaya produksi menjelang hari raya Ramadhan naik dengan pesat. Bumbu rahasia dari ayam goreng KFC yang masih diimpor pun merangkak naik karena melemahnya rupiah belakangan ini.
Hal ini dibenarkan oleh, J. Dalimin Juwono, Corporate Secretary Fast Food Indonesia. Ia menyatakan perusahaannya akan menaikkan harga jual produk mereka, karena melemahnya rupiah dan adanya inflasi. Meski demikian, Juwono mengatakan harga dinaikkan dengan mempertimbangkan dari daya beli masyarakat saat ini.
“Mungkin akan kami naikkan 3-5 %. Namun sebelumnya, kami akan pantau daya beli masyarakat saat ini,” ujarnya di Jakarta, pada Senin (8/6/2015) siang.
Juwono mengatakan menguatnya dolar Amerika Serikat (AS) semakin hari, membuat beban impor yang harus dibayar perusahaan pun semakin besar.
“Impor kami terkait mesin yang sesuai dengan standar lisensi AS dan juga bahan baku, seperti bumbu rahasia KFC nya,” paparnya.
Dari segi kinerja, pada hari ini, emiten dengan kode saham ‘FAST’ itu telah membukukan laba bersih tahun 2014 sebesar Rp 152,05 miliar atau Rp 76 per saham. Laba bersih tersebut dinyatakan turun sebesar 2,71 %, dibandingkan dengan pendapatan pada tahun 2013 dengan nilai Rp 156,29 miliar atau Rp 78 per saham.
Sementara itu, pendapatan lainnya sebesar Rp 71,96 miliar pada 2014 dan mencapai Rp 123,30 miliar di tahun sebelumnya. Namun sayang, hal tersebut diikuti peningkatan beban pokok perseroan dari Rp 1,57 miliar menjadi Rp 1,67 miliar. Hal itu ditambah beban usaha yang mengalami kenaikan dari Rp 2,18 triliun menjadi Rp 2,34 triliun.
Sampai akhir 2014, gerai KFC yang dikelola Fast Food Indonesia di tanah air mencapai 466 unit. Rinciannya, 76 gerai di Sumatera, 300 gerai di Jawa-Bali-Nusa Tenggara, 26 gerai di Kalimantan, 35 gerai di Sulawesi, dan 11 gerai di Maluku-Papua.