Jakartakita.com – Sejarah Cikini tak lepas dari sejarah perkembangan perumahan masa kolonial Belanda di Hindia Belanda. Tahun 1920, pemerintah Hindia Belanda merasa perlu membuat perumahan baru untuk warga Eropa dan warga pribumi kelas menengah atas. Maka dipilihlah kawasan Menteng yang dahulu terletak di selatan benteng kota Batavia, sebagai kawasan pemukiman elit kompeni.
Adalah P.A.J Mooijen, sang arsitek berkewarganegaraan Belanda yang bertugas menata kawasan Menteng. Tak hanya menata kawasan pemukiman, Mooijen juga memikirkan area fasilitas umum untuk penghuni Menteng.
Kawasan Cikini waktu itu difungsikan sebagai area fasilitas umum bagi perumahan Menteng. Maka tak heran kawasan Cikini waktu itu tumbuh sebagai area komersial dan bangunan publik dimana banyak terdapat rumah makan, sekolah, kantor pos, pertokoan dan bangunan publik lainnya.
Kawasan Cikini adalah penyokong Kawasan pemukiman Menteng. Sepanjang jalan Cikini, tak pernah sepi dari berbagai aktivitas. Mulai dari diskusi politik, pertunjukan seni, olahraga, nonton film dan tempat hang out. Makanya tak heran kalau kawasan Cikini dipadati oleh aneka restoran dan cafe. Gerai convenience store pun berjajar di sepanjang jalan Cikini, berdampingan dengan para pedagang kaki lima. Kira-kira seperti itulah gambaran kawasan Cikini tempo dulu, tak jauh beda dengan Cikini sekarang.
Sejumlah bangunan yang berdiri di kawasan Cikini adalah bangunan kuno yang sudah berdiri sejak puluhan tahun lalu. Bahkan ada beberapa bangunan yang sudah eksis sejak zaman Belanda, salah satunya adalah Rumah Sakit PGI Cikini.
Rumah sakit tersebut dahulu adalah rumah maestro lukis Indonesia, Raden Saleh. Rumah bergaya klasik itu masih terpelihara dan kokoh berdiri hingga sekarang. (bersambung ke bagian 2)