Seorang ekonom, Samuel Sekuritas Rangga Cipta, mengemukakan bahwa cadangan devisa pada periode Mei 2015 turun menjadi 110,77 miliar dolar AS dari 110,86 miliar dolar AS akibat peningkatan permintaan valas di dalam negeri, pembayaran utang luar negeri serta kebijakan stabilisasi rupiah oleh Bank Indonesia.
Ia menjelaskan bahwa angka penambahan tenaga kerja non-pertanian AS yang naik cukup tinggi mendorong kenaikan dolar AS sehingga mendorong harapan bagi bank sentral AS (the Fed) untuk menaikkan suku bunganya. Pelaku pasar akan mencermati pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 16-17 Juni mendatang.
Di sisi lain, lanjut dia, penguatan dolar AS juga didorong dari kekhawatiran pelaku pasar terhadap krisis utang Yunani seiring dengan belum tercapainya kesepakatan negosiasi utang.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan bahwa laju mata uang rupiah semakin terperosok ke level Rp13.300 per dolar AS menyusul penundaan pembayaran utang jatuh tempo Yunani pada 5 Juni.
Seperti diketahui, Yunani harus membayar utang kepada lembaga Dana Moneter Internasional (IMF) pada Jumat (5/6/2015) sebesar 300 juta euro atau sekitar 337 juta dolar AS.
“Sentimen negatif yang masih cukup dominan membuat kemungkinan tren pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar AS dapat berlanjut,” katanya. (Sumber: AntaraNews)