Jakartakita.com – “Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah. Diamnya adalah tasbih. Doanya adalah doa yang mustajab.” Sepenggal hadits yang dinilai ulama bersifat dhoif (lemah) tersebut sepertinya menjadi alasan bagi sebagian warga untuk tidur-tiduran di masjid pada siang hari bolong bulan puasa.
Begitu pun di gedung-gedung perkantoran, banyak pekerja kantoran yang tidur-tiduran di masjid atau mushola kantor. Puasa kedua Jumat (19/6/2015) ini, cuaca di Kota Jakarta cukup panas. Tak heran banyak warga yang memilih beristirahat di masjid. Apalagi warga yang beraktivitas di luar ruangan seperti di pasar, jalanan dan lainnya.
Suasana masjid yang langsung lengang selepas shalat Jumat di hari biasa, maka hari ini, masjid tetap ramai oleh jamaah yang memilih untuk leyeh-leyeh sambil tiduran sejenak sebelum kembali ke rutinitas kantor. Meski pengurus masjid sudah berkali-kali mengingatkan jamaah agar tidak tidur di atas karpet tempat shalat. Namun banyak orang yang tidak menghiraukan imbauan tersebut. Padahal imbauan tersebut agar jamaah yang tidur tidak mengotori tempat sujud dengan ‘iler’.
Novan, 27, salah seorang jamaah yang mengaku sering tidur di masjid saat bulan Ramadhan mengatakan, sebenarnya niatnya bukan untuk bermalas-malasan. Namun, karena pada Ramadhan selepas shalat Zuhur tidak ada kegiatan lagi, makanya dimanfaatkan untuk istirahat di masjid.
“Biasanya habis Zuhur kita bisa makan, sekarang tidak bisa, karena puasa. Makanya dipakai saja untuk istirahat di masjid. Mau kerja, pekerjaan sudah selesai, mau jalan tidak ada tujuan, lebih baik istirahat di masjid,” ujar karyawan sebuah perusahaan asing ini.